Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Umur 0-9 Bulan




SIKRIPSI




GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI UMUR 0-9 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSI-KASSI  KELURAHAN MAPPALA KOTA MAKASSAR




      






Oleh :
IWANSYAH
10.2033





BAB I


PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Derajat kesehatan suatu bangsa dan negara dapat diukur dengan indikator. Angka kematian balita merupakan salah satu indikator yang sangat sensitif, tidak saja mengukur derajat kesehatan tetapi untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa dan negara. Dengan demikian setiap negara akan berusaha untuk menekankan supaya angka kematian pada balita dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC, Diphteri, Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B merupakan salah satu penyebab kematian anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Kurang lebih 1,7 juta kematian per tahun pada anak atau balita di Indonesia adalah akibat PD3I. Agar target nasional dan global dengan cara eradikasi, eliminasi dan redusir terhadap PD3I dapat dicapai, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata sampai mencapai tingkat Population Immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi. Kekebalan untuk menjaga tingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I. (Yuliasti Eka P, 2010 ; Cetakan ke II).
Salah satu upaya dalam mewujudkan dan meningkatkan mutu kesehatan anak pada suatu bangsa dan negara tidak lepas dari dasar keluarga yang harmonis, penuh kesadaran, tanggung jawab dan kesetiaan untuk berkorban serta pengetahuan ibu dalam memberikan imunisasi terhadap anak balita dalam mencegah penyakit yang ditimbulkan oleh PD3I atau mengurangi angka kematian terhadap anak balita.
Imunisai merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan (antibody) seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Penyaki-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara lain : TBC, Diphteri, Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B. penyakit ini merupakan penghambat pertumbuhan dan perkembangan anak balita.
 (Atikah P, 2010 ; 1)
Imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutuskan mata rantai penularan, agar penyelengaraan imunisasi dapat mencapai sasaran yang diharapkan, perlu adanya pedoman penyelenggaraan imunisasi. Hal ini sejalan dengan  Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 1053/MenKes/SK/IX/2004. (Yuliasti Eka P, 2010 ; 69)
Imunisasi di indonesia dimulai pada tahun  1956 dengan imunisasi cacar. Tahun berikutnya imunisasi tidak berkembang signifikan, perkembangan baru dirasakan pada tahun 1973 dengan dilakukannyan imunisasi BCG untuk menanggulangi Penyakit Tuberklosis. Disusun imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil pada tahun 1974, kemudian imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus) pada bayi diadakan pada tahun 1976. Pada tahun 1977, World Health Organization (WHO) mulai menetapkan program imunisasi sebagai upaya global dengan Expanded Program on Imunization ( EPI), yang diresolusikan oleh World Health Assembly (WHA). Terobosan ini menempatkan EPI sebagai komponen penting pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya dalam pelayanan kesehatan primer. Pada tahun 1981 mulai dilakukan imunisasi polio, tahun 1982 imunisasi campak, dan tahun 1997 imunisasi hepatitis mulai dilakukan. Pada tahun 1988 diperkirakan bahwa cakupan imunisasi di indonesia cukup tinggi dibandingkan beberapa negara berkembang lainnya. Kusnanto, dkk. (Atikah P, 2010 ; 3)
Pemberian suntikan imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak. Melakukan imunisasi pada bayi merupan bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Imunisasi dapat diberikan ketika ada kegiatan posyandu, pemeriksaan kesehatan pada petugas kesehatan atau tekan imunisasi. Jika bayi sedang sakit yang disertai panas, menderita kejang sebelumnya, atau menderita penyakit sistem saraf, pemberian imunisasi perlu dipertimbangkan.
Kebanyakan dari imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tetapi rasa sementara akibat suntikan bertujuan untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang. (Atikah P, 2010; 32)
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisai. Proporsi kematian bayi yang disebabkan karena tetanus neonatorum (TN) di indonesia cukup tinggi yaitu 67%. Dalam upaya pencegahan TN maka imunisai diarahkan kepada pemberian perlindungan baru lahir dalam minggu-minggu pertama melalui ibu. Eliminasi tetanus neonatorum merupakan salah satu target harus dicapai sebagai tindakan lanjut dari world summit for children yaitu insidens 1/10.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah tiga penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis, tetanus. Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. (Hanum M, 2010; 111).
Seperti di ketahui, Indonesia termasuk Negara endemis TB (penyakit TB terus menerus ada sepanjang tahun) dan merupakan salah satu Negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air diudara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas atau bersin.
Imunisasi yang diberikan pada kanak-kanak serta bayi merupakan cara yang paling berkesan dan kos efektif untk melindungi mereka dari penyakit tuberculosis (TB), difteri, pertusis ( batuk kokol), tetanus (kancing gigi), poliomyelitis, campak, rubella dan hepatitis B. walau bagaimanapun masih terdapat kanak-kanak yang tidak diberi imunisasi karena kekurangan pengetahuan mengenai vaksin serta jadwal imunisai, salah paham mengenai kontra indikasi, kerisauan tentang kesan sampingan serta komplikasi vaksin.  DR. Neoh Siew Hong. (Hanun M, 2010 ; 110).
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka puskesmas menjadi ujung tombak pelayanaan kesehatan di masyarakat harus mengetahui betul tentang pelaksanan dan gambaram umum imunisasi di wilayah kerjanya. Berdasarkan data awal yang kami peroleh, jumlah pasien yang masuk pada tahun 2011 sebanyak 190 bayi dan pada tahun 2012 mulai januari sampai dengan april sebanyak 209 yang diambil dari data base kesehatan pada puskesmas kassi-kassi. Untuk mengetahui hal tersebut maka kami mengadakan penelitian dengan mengangkat judul penelitian “Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi umur 0-9 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar”
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
  1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan pada ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
  2.  Bagaimana gambaran sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
  3. Bagaimana gambaran prilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
C.    Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, gambaran sikap dan gambaran prilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi umur 0-9 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar.
  1. Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pada ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
b.      Untuk mengetahui gambaran sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
c.       Untuk mengetahui gambaran perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
D.    Manfaat Penelitian
1.    Bagi Puskesmas Kassi-Kassi
Sebagai bahan masukan dalam peningkatan mutu dan peningkatan jumlah kunjungan imunisasi.
2.    Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi institusi pendidikan.
3.    Bagi Peneliti
Sebagai proses pembelajaran untuk mengembangan kemampuan dalam melakukan kajian-kajian ilmiah di bidang keperwatan.
4.    Bagi profesi keperawatan
Memberikan sumber pengetahuan yang luas di bidang keperawatan dalam pembangunan dan kemandirian profesi keperawatan.

5.    Bagi peneliti salanjutnya
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian khususnya bagi peneliti yang tertarik untuk mengembangkan hasil penelitian ini guna meningkatkan dalam pelayanan keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum Imunisasi Dasar
1.      Imunisasi
Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. Kuman disebut antigen.  Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi.  Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak.  Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal misalnya terjadinya kecacatan atau kelumpuhan.

2.      Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya.
Lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu : TBC, defteri, tetanus, pertusis (batuk-batuk rejan), poliomyelitis, campak dan hepatitis B.
Ke lima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun tersebut adalah :
a.    Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan
b.    Imunisasi DPT, yang diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu
c.    Imunisasi polio, yang diberikan empat kali pada bayi usia 0-11 bulan dengan interval 4 minggu
d.   Imunisasi campak, yang diberikan satu kali pada bayi usia 9-11 bulan
e.    Imunisasi hepatitis B, yang diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal 4 minggu. (Anik M, 2010 ; 215).
3.      Tujuan Imunisasi
Tujuan  imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan tubuh kepada bayi terhadap penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabakan oleh penyakit yang sering terjangkit. Proporsi kematian bayi yang disebabkan karena tetanus neonatorum (TN) di indonesia cukup tinggi yaitu 67%. Dalam upaya mencegah TN maka imunisasi diarahkan kepada pemberian perlindungan bayi baru lahir dalam minggu pertama melalui ibu. Secara umum tujuan imunisasi, antara lain:
a.    Melaui imunisasi, tubuh tidak mudah diserang penyakit menular.
b.    Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
c.    Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita. (Atika P, 2010 ; 5)
4.    Manfaat Imunisasi
a.  Untuk anak: mencegah penderita yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
b.  Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologis pengobatan balita anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c.  Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara. (Hanum M, 2010 ; 111-112)
5.    Pentingnya Imunisasi dan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam pencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang mendapatkan prioritas. Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut dimasukan pada program imunisasi yaitu penyakit tuberkulosis, difteri, pertusi, tetanus polio, campak dan hepatitis B. (Dwi M, dkk, 2011 ; 231).
a.       Tuberkulosis (TBC)
TBC adalah suatu penyakit penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosa). Penyakit TBC ini dapat menyerang semua golongan umur dan diperkirakan terdapat 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang pertahun. Di negara-negara berkebang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TBC berada di negara berkembang. (Depkes RI, 1992)
b.      Difteri

Defteri adalah merupakn penyakit infeksi yang dapat disebabakan oleh coryne bacterium diphtheriae merangsang saluran pernapasan terutama terjadi pada balita. Penyakit difteri mempunyai kasus kefatalan yang tinggi. Pada penduduk yang belum divaksin ternyata anak yang yang berumur 1-5 tahun paling banyak diserang kekebalan (antibodi) yang diperoleh dari ibunya hanya berumur satu tahu.
c.       Pertusis
Pertusi atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Bordotella pertusi pada saluran pernapasan. Penyakit ini merupakan penyakit yang cukup serius pada bayi usia dini dan tidak jarang menimbulkan kematian. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut lainnya, pertusi sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit ini dapat merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan terutama di daerah yang padat penduduk.
d.      Tetanus

Tetanus adalah penyaki yang disebabkan oleh kuman bakteri Clostridium tetani. Kejadian tetanus jarang dijumpai di negara yang sedang berkembang, terutama dengan masih seringnya kejadian tetanus pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum). Penyakit terjadi karena kuman Clostridium tetani memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat yang kurang terawat. Kejadian seperti ini sering kali ditemukan pada persalinan yang dilakukan oleh dukun kampung akibat memotong tali pusat memakai pisau atau sebilah bambu yang tidak steril. Tali pusat mungkin pula dirawat dengan berbagai ramuan, abu, daun-daunan dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini adalah dengan pemberian imunisasi.
e.       Poliomyelitis

Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Berdasarkan hasil surveilans AFP (Acute Flaccide paralysis) dan pemeriksaan laboratorium, penyakit ini sejak tahun 1995 tidak ditemukan di indonesia. Namun kasus AFP ini dalam beberapa terakhir kembali ditemukan dibeberapa daerah di indonesia.
f.      

Campak
Penyakit campak (Measles) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular, menyerang hampir semua anak kecil. Penyebabnya virus dan menular melalui saluran pernafasan yang keluar saat penderita bernafas, batuk dan bersin (droplet). Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal oleh masyarakat terutama para ibu rumah tangga. Dibeberapa daerah penyakit ini dikaitkan dengan nasib yang harus dialamai oleh semua anak, sedangkan di daerah lain dikaitkan dengan pertumbuhan anak.
g.      Hepatitis B
Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit ini masih merupakan satu masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi hepatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka terlindungi dari penularan hepatitis B sedini mungkin dalam hidupnya. Dengan demikian integrasi imunisasi Hepatitis B ke dalam imunisasi dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah yang sangat diperlukan. (Dwi M, dkk, 2011 ; 231-233).
6.      Jenis Vaksin
Dari sekian banyak jenis vaksin sampai saat ini yang dimasukkan dalam program imunisasi baru 5 jenis vaksin. Berikut ini akan diuraikan vaksin program imunisasi.
a.       Vaksin Hepatitis B
Adalah vaksin virus recombinan yang telah di inaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Dosis dan cara pemberian :
1.   Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense dan homogen.
2.   Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikan secara intra muskuler, pada anterolateral paha.
Efek Samping : Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan.  Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
b.      Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Vaksin BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan dari strain paris no.1173.P2
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
Komposisi : setelah dilarutkan dengan 4 ml pelarut, tiap ml vaksin mengandung basil BCG hidup 0,75 mg, Natrium Glutamat 1,87 mg dan Natrium Klorida 9 mg.
Dosis dan Cara pemberian :
1.   Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu dengan 4 ml pelarut NACL 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan spoid 5 ml.
2.   Dosis pemberian : 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi ≤ 1tahun
3.   Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertion musculus deltoideus), dengan menggunakan alat suntik dosis tunggal yang steril dan jarum suntik no. 25 G
4.   Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
Efek Samping : Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi ulkus.  Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut.  Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak dan leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.


c.       Vaksin DPT/HB
Vaksin DPT mengandung toksoid difteri, toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktivasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious. Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.
Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap pentakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.
Dosis dan Cara Pemberian :
1.   Pemberian dengan cara intra muskuler, 0,5 ml sebanyak 3 dosis
2.   Dosis pertama diberikan 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan).
Efek samping : Reaksi lokal atau sistemik yang bersifat ringan.  Kasus yang terjadi adalah bengkak, nyeri, penebalan kemerahan pada bekas suntikan, menangis menjerit terus menerus lebih dari 3 jam, kadang-kadang terjadi reaksi umum demam seperti demam > 38,5 oC, muntah.
d.      Vaksin polio
Vaksin polio (Oral Polio Vaccine = OPV) Vaksin oral polio hidup adalah Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
Indikasi :  Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
Cara pemberian dan dosis :
1.   Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial vaksin.
2.   Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Efek Samping : pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,017 : 1.000.000 ; Bull WHO 66: 1988).
e.       Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1.000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg resido erythromycin. Vaksin ini berbentuk beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Dosis dan cara pemberian :
1.      Sebelum di suntikan vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.
2.      Dosis pemberian 0,5 ml disuntikan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan.
3.      Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 6 jam.
Efek samping : Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Terjadi encephalitis setelah setelah vaksinasi pernah dilaporkan yaitu dengan perbandingan 1 kasus per I juta dosis yang diberikan.
B.     Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Ibu
1.      Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadapan objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.
 (Notoatmodjo, 2005: 50).

 Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu:
1.     Tahu (know) diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2.     Memahami (comprehension) memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang di ketahui tersebut.
3.     Aplikasi (application) Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang di maksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain
4.     Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang di ketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5.     Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6.     Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang di tentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. (Notoatmodjo, 2005; 50-52).
2.      Sikap (Attytude)
Sikap adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.
 Sikap ini terdiri dari beberapa tingkatan yakni:
a.       Menerima
Menerima diartikan bahwa seseorang atau objek mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b.      Menanggapi (responding)
Menanggapi adalah memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c.       Menghargai (valuning)
Menghargai adalah subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan dengan mengajak atau mempengaruhi dan mengajurkan orang lain merespons.
d.      Bertanggungjawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakini. (Notoatmodjo, 2005 ; 52-54).


3.      Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan.
Menurut Skiner (1938), seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa prilaku merupakan respons atau reaksi sesesorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus       Organisme        Respons, sehingga teori Skiner ini disebut teori S, O, R. Selanjutnya, teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu:
a.       Respondent respons atau refleksi, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yamg relative tetap.
b.      Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dengan berkembangan kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yamg lain.
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat di kelompokan menjadi dua, yaitu:
a.       Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat di amati orang lain (dari luar) secara jelas.
b.      Perilaku terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respos terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktis ini dapat di amati orang lain dari luar atau “observable behavior”. (Notoatmodjo, 2005 ; 43-44)
C.    Tinjauan Umum Tentang Bayi
1.      Pengertian Bayi
Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah terlahir dari rahim seorang ibu. Pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi selalu menjadi perhatian utama, terutama pada bayi yang terlahir prematur maupun bayi yang terlahir cukup bulan namun memiliki berat badan rendah. Baik ibu maupun bapak dan orang-orang terdekat si bayi juga harus selalu mengawasi serta memberikan perawatan yang terbaik bagi bayi sampai bayi berumur 1 tahun.
2.      Tahapan Tumbuh Kembang Bayi
Tumbuh kembang bayi ada beberapa tahapan yaitu :
a.       Bayi 1 bulan
1)        Berat badan: 3,0 – 14,3 kg, Panjang badan: 49,8 – 54,6 cm, Lingkar kepala: 33 – 39 cm
2)         Pada hari-hari pertama, bayi masih belum bisa membuka matanya. Kemudian beberapa waktu akan bisa melihat dalam jarak 20 cm
3)        Tahap bayi mulai beradaptasi dengan lingkungan baru.
4)        Gerakan yang dikuasainya merupakan gerakan reflex alami.
5)        Sangat peka terhadap sentuhan.
6)         Akan menggerakkan kepala ke arah bagian tubuh yang disentuh.
7)        Sudah bisa tersenyum.Menangis adalah bahasa komunikasinya. Semakin lama, bunda akan tahu dengan sendirinya arti dari menangis sang bayi, apakah bayi bunda menangis karena lapar, karena gerah atau lainnya.
8)        Memegang jari yang disentuhkan ke tangannya.
9)         Menghabiskan sebagian besar waktunya dengan tidur
b.      Bayi 2 bulan
1)      Berat badan : 3,6 - 5,2 kg, Panjang badan : 52,8 - 58,1 cm, Lingkar kepala : 35 - 41 cm.
2)      Sudah bisa membedakan muka dan suara.
3)      Kualitas penglihatannya meningkat.
4)      Matanya bisa mengikuti gerakan benda yang dekat dengannya.
5)      Akan menghisap setiap benda yang dipegangnya.
6)      Bisa miring ke kiri dan ke kanan.
7)      Menggerak gerakkan tangan dan kaki ketika memita perhatian.
c.       Bayi 3 bulan
1)      Berat badan: 4,2 - 6,0 kg, Panjang badan : 55,5 - 61,1 cm, Lingkar kepala : 37-43 cm.
2)      Dapat mengangkat kepala dan tubuh saat tengkurap.
3)      Matanya sudah memperhatikan lingkungan sekitar.
4)      Menangis jika ditinggal.
5)      Mencari arah suara yang didengarnya.
6)      Dapat duduk beberapa waktu jika ditunjang.
7)      Menyukai bayangannya di cermin
8)      Semakin mahir menggunakan tangannya.
9)      Mulai mengenali wajah orang dan benda yg akrab dengannya.
d.      Bayi 4 bulan
1)      Berat badan : 4,7 - 6,7 kg, Panjang badan : 57,8 - 63,7 cm, Lingkar kepala : 38-44 cm.
2)      Mulai mengoceh dan tertawa.
3)      Menginjakinjakkan kaki jika diberdirikan.
4)      Dapat menggerakkan/menggeser-geserkan tubuhnya untuk meraih benda.
5)      Mengamati ekspresi wajah orang dan menirunya.
6)      Sebagian sudah ada yg tumbuh giginya.
e.       Bayi 5 bulan
1)      Berat badan : 5,3-7,3 kg, Panjang badan : 59,8-65,9 cm, Lingkar kepala : 39-45 cm.
2)      Menangis jika mendengar suara ibunya.
3)      Dapat memindahkan barang dari satu tangan ke tangan yang lain.
4)      Menangis jika mainannya diambil.
5)      Senyum dan megoceh saat meminta perhatian.
6)      Dapat memasukkan kaki ke mulutnya.
7)      Bereksperimen dengan suaranya. Membuat suara yang berbeda beda untuk mengkomunikasikan keinginannya missal lapar, haus, marah, dll.
8)      Sangat suka ditegakkan dalam posisi duduk.
f.       Bayi 6 bulan
1)      Berat badan : 5,8-7,8 kg, Panjang badan : 61,6-67,8 cm, Lingkar kepala : 40-46 cm.
2)      Sudah banyak mengeluarkan suara.
3)      Sudah bisa tengkurap sendiri.
4)      Belajar menggunakan jari jarinya untuk menggenggam dengan baik, memukul, mengambil, dan memindahkan benda.
5)      Saat yang tepat untuk mengenalkan MP-ASI.
g.      Bayi 7 bulan
1)      Berat badan : 6,2-8,3 kg, Panjang badan : 63,2-69,5 cm, Lingkar kepala : 40,5-46,5 cm
2)      Sudah mahir duduk.
3)      Sudah dapat mengangkat badannya dalam posisi merangkak.
4)      Saat posisi merangkak senang mengayunkan badannya ke depan dan kebelakang.
5)      Bermain dengan mainan yang disukai dan akan marah jika mainan tersebut diambil.
h.      Bayi 8 bulan
1)      Berat badan : 6,6-8,8 kg, Panjang badan : 64,6-71,0 cm, Lingkar kepala : 41,5-47,5 cm
2)      Mampu berteriak untuk memanggil orang.
3)      Sudah bisa merangkak dan duduk sendiri.
4)      Membuang mainan yang tidak disukainya
5)      Sudah dapat berdiri dengan bantuan.
6)      Dapat memegang botol minumnya sendiri.


i.        Bayi 9 bulan
1)      Berat badan : 7,0-9,2 kg, Panjang badan : 66,0-72,3 cm, Lingkar kepala : 42-48 cm
2)      Mulai bereaksi jika diperintah.
3)      Mengenal beberapa kata.
4)      Dapat berdiri dengan tangan dipegangi.
5)      Aktif merangkak dan memanjat.
3.      Pengertian Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. (Azis, 2005)
4.      Tumbuh kembang  anak
Proses tumbuh kembang anak merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari lahir sampai dewasa. Ini berarti bahwa tumbuh-kembang anak merupakan suatu tahapan proses yang harus dilalui oleh setiap anak. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh-kembang yang optimal, sesuai dengan anak lain seusianya dan juga sesuai dengan parameter baku perkembangan anak. (Anik M, 2010 ; 35).
5.      Tujuan penilaian perkembangan anak
1.      Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal lain yang merupakan resiko terjadinya kelainan perkembangan tersebut.
2.      Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan dan konseling genetik.
3.      Mengetahui kapan anak perlu dirujuk kepusat kesehatan yang lebih tinggi. Soetjyningsih 1995 (Santun S, 2009 ; 7)
6.      Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak :
a.       Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak dan merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya.
b.      Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidak nya potensi bawaan dan disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan lingkungan ”bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. (Dwi M, 2011 ; 57)
D.    Kerangka Konseptual
Kerangka Konsep dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu variabel independen (pengetahuan ibu, sikap ibu, prilaku ibu) dan variabel dependen (pemberian imunisasi dasar). Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain sedangkan variabel dependen adalah variabel yang nilanya ditentukan oleh variabel lain.
Variabel independen                               Variabel dependen
Pendidikan Ibu
Pemberian Imunisasi Dasar
Prilaku ibu
Sikap ibu
Pengetahuan ibu
 







Ket :
                             : variabel independen
                             : variabel dependen
                             : variabel yang diteliti     
                             : variabel yang tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka konseptual
E.   Definisi Opersional variabel yang akan diteliti
1.    Pengetahuan ibu
Yang dimaksud dengan pengetahuan ibu dalam penelitian ini adalah rentangan yang dipakai peneliti untuk mengukur sejauh mana seorang ibu memiliki pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar pada anak balita, baik itu menyangkut dalam mencegah penyakit PD3I dan jenis kegiatan apa yang dilakukan dalam pemberian imunisasi dasar pada anak balita.
Kriterial Obyektif :
Baik            : Apabila ibu mampu menjawab pertanyaan dengan
                       benar > 80%            
Sedang        : Apabila ibu mampu menjawab pertanyaan dengan
                       benar 60 - 79%.
Kurang        : Apabila ibu mampu menjawab pertanyaan dengan
                       benar <60%
2.    Sikap Ibu
          Yang dimaksud dengan sikap ibu dalam penelitian ini adalah suatu batasan yang dipakai peneliti untuk melihat sejauh mana sebuah respon atau tanggapan yang diberikan seorang ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada anak balita baik yang dilakukan secara kolektif dalam ikatan ibu maupun secara pribadi dalam kesehariannya di tengah masyarakat.
Kriterial Obyektif :
Positif         : sikap seorang ibu dikatakan positif apabila ibu
                       mampu menjawab dengan benar > 50%
Negatif        : sikap seorang ibu dikatakan negatif apabila ibu tidak
                       mampu menjawab dengan benar < 50%
3.    Prilaku Ibu
Yang dimaksud dengan prilaku ibu dalam penelitian ini adalah suatu masalah atau situasi yang dipakai peneliti untuk melihat sejauh mana sebuah respon atau kepanikan ibu terhadap pemberian imunisasi pada anak balita. Baik sebelum pemberian imunisasi maupun setelah suntikan pada anak balita (demam, kesakitan dan kemerahan). 
Kriteria Obyektif :
Baik                 : Prilaku ibu mampu  menjawab pertanyaan dengan benar       
                           > 70%
 Sedang           : Prilaku ibu mampu  menjawab pertanyaan dengan benar
                          50 - 69%
Kurang            : Prilaku ibu mampu  menjawab pertanyaan dengan benar
                          <50%

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan wawancara, obserfasi dan kuesioner yang di bagikan peneliti untuk mendapatkan data yang di inginkan.
B.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang melakukan imunisasi, pada tahun 2011 sebanyak 190 orang dan tahun 2012 mulai januari sampai dengan april sebanyak 209 orang  di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar.
2.      Sampel
Adapun teknik pengambilan sampel yang akan di gunakan oleh penulis adalah random sampling. Random sampling adalah pengambilan sampel secara acak sebanyak 30 orang tampa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.
C.    Waktu dan Tempat Penelitian
1.      Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan april sampai bulan mei 2012
2.      Tempat
Tempat penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar.
D.    Instrumen dan Teknik Pengambilan Data
1.      Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan pengisian kuesionar dengan menggunakan skala pengukuran, skala gutman (dalam bentuk pertanyaan tertutup) angket ini di berikan kepada tiap ibu yang melakukan imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar.
2.      Teknik pengambilan data
a.       Data primer
Data di peroleh melalui wawancara dan obserfasi langsung kepada ibu atau yang mewakili yang berada di lokasi penelitian dengan menggunakan kuesioner yang telah di siapkan oleh peneliti.
b.      Data sekunder
Data yang di peroleh dari lokasi penelitian, ini akan dilaksanakan setelah mendapatkan rekomendasi dari Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Gunung Sari Makassar dan seizin dari Puskesmas Kassi-Kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar.
E.     Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data secara langsung terhadap responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar adalah melalui prosedur sebagai berikut :
1.      Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi yakni Ketua (STIKPER) Sekolah Tinggi Ilmu Keperwatan Gunung Sari Makassar, yang ditujukan kepada pemerintah tempat penilitian maupun instansi terkait di puskesmas untuk diberi surat keluasan melakukan pengambilan data penelitian dilapangan.
2.      Sebelum peneliti memberikan kuesioner yang akan diisi oleh responden, peneliti memberi penjelasan tentang cara pengisian kuesioner dan memberikan kesempatan bertanya bila saat mengisi kuesioner ada pertanyaan yang tidak mengerti.
3.      Setelah responden memahami penelitian maka responden diminta kesediaan nya untuk mengisi  kuesioner.
4.      Jika responden mengatakan bersedia, maka kuesioner diberikan dan responden diminta untuk mempelajari terlebih dahulu cara mengisi, kemudian mengisi kuesioner tersebut.
5.      Setelah kuesioner diisi selanjutnya dikumpulkan dan dipersiapkan untuk diolah dan dianalisa.
F.     Cara Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dilakukan melalui suatu sistematika atau pentahapan. Adapun sistematika atau pentahan adalah sebagai berikut :
1.      Editing
Setelah data terkumpul maka dilakukan editing atau pengutingan data untuk memeriksa setiap lembar kuesioner yang telah diisi, lalu data dikelompokan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
2.      Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu memberi simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan memberi nomor halaman,  daftar pertanyaan, nomor pertanyaan nomor variabel dan kode.
3.      Tabulasi data
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu tabel menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, tabel mudah untuk dianalisa. Tabel tersebut dapat berupa tabel sederhana maupun silang. 
G.    Analisis Data
Untuk melakukan analisis data maka peneliti melewati 3 (tiga) tahapan yakni :
1.      Persiapan terdiri dari :
a.       Cek nama dan identitas
b.      Cek kelengkapan data
2.      Tabulasi
a.       Lakukan pemberian skor pada item
b.      Beri kode yang tidak diberi skor
3.      Aplikasi data
a.       Analisa univariat
Analisa yang digunakan dengan menjabarkan secara distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti, baik variabel dependent (bebas) maupun variabel independent (tergantung). Untuk analisa ini semua variabel dibuat dalam bentuk proporsi pada tabel dengan menggunakan skala ordinal dan likert.
b.      Analisa bivariat
Untuk analisis ini menggunakan system komputerisasi dengan program SPSS versi 14. Penggunaan program komputer ini untuk mempercepat dan mempermudahkan perhitungan data statistik.
H.    Etika dan Prosedur Penelitian
Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak Puskesmas Kassi-Kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar maka peneliti selanjutnya melakukan screning sampel dengan  tetap menekankan pada masalah etika peneliti uang meliputi:
1.      Informed consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan ini di berikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi.
2.      Anomity (tampa nama)
Untuk kerahasiaan responden peneliti tidak mencantukan nama responden tetapi peneliti menggunakan kode tertentu untuk masing-masing responden
3.      Confidentialyti ( kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden di jamin oleh peneliti, data tersebut hanya disajikan atau di laporkan pada pihak terkait dengan penelitian.
I.       Rencana Jadwal Penelitian 
No
Jenis Kegiatan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1.
Pengusulan judul proposal




























2.
Pengambilan data awal




























3.
Penyusunan dan bimbinganproposal




























4.
Ujian  proposal




























5.
Revisi proposal




























6.
Pelaksanaan penelitian




























7.
Bimbingan hasil




























8.
Ujian skripsi




























9.
Revisi perbaikan skripsi




























JADWAL PENELITIAN

 
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
A.  Sejarah
Puskesmas kassi-kassi merupakan salah satu puskesmas Pemerintah kota Makassar dan merupakan unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kota Makassar. Puskesmas kassi-kassi berdiri sejak tahun 1978/1979. Puskesmas kassi-kassi merupakan Puskesmas Perawatan ke-IV (Rumah Sakit Pembantu IV) di Makassar. Puskesmas Kassi Kassi / RSP-IV terletak di jalan Tamalate I  no.43 Kelurahan Kassi-Kassi Kecamatan Rappocini Kota Makassar.
Adapun letak atau batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi sebagai berikut:
1.      Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Bara Baraya Karuwisi
2.      Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Panaikang Tamangapa
3.      Sebelah selatan dengan Kelurahan Mangasa Jongaya
4.      Sebelah berat berbatasan dengan Kelurahan Maricaya Parangtambung
B.  Keadaan Geografi
     Puskesmas Kassi kassi terletak di Kelurahan Kassi Kassi Kecamatan Rappocini Kota Makassar dengan luas wilayah kerja 7,32 Kha. Dari 9 kelurahan terdapat 76 RW dan 409 RT. Pemanfaatan potensi lahan dan alih fungsi lahan terjadi sedemikian rupa, yang akan membawa pengaruh terhadap kondisi dan perkembangan social ekonomi dan keamanan masyarakat. Lahan yang berbentuk rawa-rawa di beberapa bagian Kecamatan Rappocini beralih fungsi menjadi pemukinan sementara atau darurat. Alih fungsi lahan juga banyak terjadi pada sektor pemukiman dan perumahan yang menjamur beberapa tahun terakhir sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat. Hal ini dikarenakan tingginya urbanisasi yang akan membawa pengaruh pada pola perilaku, sanaitasi kesehatan, status gizi, pola dan jenis penyakit serta kondisi lingkungan pemukiman yang sebagian besar daerahnya dilanda banjir pada musim hujan.

VISI & MISI PUSKESMAS KASSI KASSI
A.  VISI
Terwujudnya Kemandirian masyarakat untuk sehat
B.  MISI
1.      Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Puskesmas
2.      Meningkatkan Pembinaan Program Dana Sehat di Puskesmas
3.      Lebih Meningkatkan Kerjasama dengan Lintas Sektor
4.      Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Puskesmas
5.      Meningkatkan Sarana dan Prasarana Puskesmas
6.      Meningkatkan Promosi dan Pencegahan Penyakit
     Visi dan misi tersebut dilakukan dengan cara melaksanakan 18 kegiatan pokok Puskesmas dan dilaksanakan oleh 7 unit.
     18 kegiatan Pokok Puskesmas tersebut adalah :
1.      Kesehatan Ibu dan Anak
2.      Keluarga Berencana
3.      Upaya Peningkatan Gizi
4.      Kesehatan Lingkungan
5.      Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Penular
6.      Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kesehatan
7.      Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8.      Pencacatan dan Pelaporan dalam Rangka SIK
9.      Laboratorium Sederhana
10.  Upaya Kesehatan Sekolah
11.  Upaya Kesehatan Olahraga
12.  Perawatan Kesehatan Masyarakat
13.  Upaya Kesehatan Kerja
14.  Upaya kesehatan Gigi dan Mulut
15.  Upaya Kesehatan Jiwa
16.  Upaya Kesehatan Mata
17.  Upaya Kesehatan USILA
18.  Upaya Kesehatan Tradisional

1.    Analisis Univariat
a.         Kelompok Umur
Tabel 1. Distribusi Kelompok Umur Ibu wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan mappla kota makassar
Tahun 2012

Kelompok umur
n
Persentase
18-25
26-35
36-45
> 45
6
18
5
1
20,0
60,0
16,7
3,3
Jumlah
30
100,0
                  Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa dari total 30 responden terdapat jumlah responden dengan umur 18-25  tahun sebanyak 6 responden (20,0%), responden yang berumur 26-35 tahun sebanyak 18 responden (60,0%), dan responden yang berumur 36-45 tahun sebanyak 5 responden (3,3%).


b.      Tingkat pendidikan
Tabel 2. Distribusi tingkat Pendidikan Responden wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan mappla kota makassar
Tahun 2012

Kelompok Umur
n
Persentase
SD
SMP
SMA
PT
2
4
21
3
6,7
13,3
70,0
10,0
Jumlah
30
100,0
  Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa dari total 30  responden terdapat jumlah responden yang memiliki Tingkat Pendidikan SD  sebanyak 2 responden (6,7%), responden yang memiliki Tingkat Pendidikan SMP  sebanyak 4 responden (13,3%), responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA 21 responden (70,0%), dan responden yang memiliki tingkat perguruan tinggi sebanyak 53 responden (10,0%).
c.    Pekerjaan
Tabel 3. Distribusi Pekerjaan Responden wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan mappla kota makassar
Tahun 2012

Pekerjaan
n
Persentase
PNS
WIRASWASTA
TIDAK BEKERJA
2
5
23
6,7
16,7
76,7
Jumlah
30
100,0
   Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa dari total 30  responden terdapat jumlah responden yang memiliki Jenis Pekerjaan PNS  sebanyak 2 responden (6,7%), responden yang memiliki jenis pekerjaan WIRASWASTA  sebanyak 5 responden (16,7%), dan responden yang memiliki jenis pekerjaan yang tidak bekerja sebanyak 23 responden (76,7).
d.   Jarak rumah
Tabel 4. Distribusi Jarak rumah dengan tempat imunisasi wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan mappla kota makassar
Tahun 2012

Jarak Rumah
N
Persentase
< 500 meter
>5001 meter
13
17
43,3
56,7
Jumlah
30
100,0
   Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa dari total 30  responden terdapat jumlah responden yang memiliki Jarak rumah dengan tempat imunisasi  sebanyak 13 responden (43,3%), responden yang memiliki jarak rumah dengan tempat imunisasi sebanyak 17 responden (56,7%).
e.    Jumlah Anak
Tabel 5. Distribusi jumlah Anak wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan mappla kota makassar
Tahun 2012

Jumlah anak
N
Persentase
1 orang
2 orang
3 orang
>4 orang
1
12
9
4
3,3
40,0
30,0
26,7
Jumlah
30
100,0
                  Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa dari total 30  responden terdapat jumlah responden yang memiliki jumlah anak yang di imunisasi  sebanyak 1 responden (3,3%), responden yang memiliki jumlah anak 12 responden (40,0)responden yang memilki jumlah anak sebanyak 9 responden  (30,0%). Dan responden yang memiliki jumlah anak sebanyak 8 responden (26,7).

f.    Variabel yang di Teliti
1.      Tingkat pengetahuan
Tabel 9. Distribusi Tingkat pengetahuan responden wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan mappla kota makassar
Tahun 2012

Pengetahuan Ibu
N
Persentase
Baik
Sedang
Kurang
16
6
8
53,3
20,0
26,7
Jumlah
30
100,0
                  Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa dari total 30  responden terdapat jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 16 responden (53,3%), responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 6 responden (20,0%) dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebayak 8 rasponden (26,7%).







2.      Sikap Ibu
Tabel 6. Distribusi Sikap Ibu wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan mappla kota makassar
Tahun 2012

Sikap ibu
N
Persentase
positif
negatif
17
13
56,7
43,3
Jumlah
30
100,0
   Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa dari total 30  responden terdapat jumlah responden yang memiliki sikap positif sebanyak 17 responden (56,7%), dan responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 13 responden (43,3%).
3.      Prilaku Ibu
Tabel 7. Distribusi Prilaku Ibu  wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan mappla kota makassar
Tahun 2012

Prilaku Ibu
N
Persentase
Baik
sedang
Kurang
16
6
8
53,3
20,0
26,7
Jumlah
30
100,0
                    Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa dari total 30  responden terdapat jumlah responden yang memiliki Prilaku baik sebanyak 16 responden (53,3%), responden yang memiliki prilaku sedang sebanyak 6 responden (20,0%), dan responden yang memiliki prilaku kurang sebayak 8 rasponden (26,7%).




Iwansyah
Iwansyah Seorang Penulis Pemula Yang Mengasah Diri Untuk Menjadi Lebih Baik

Post a Comment for "Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Umur 0-9 Bulan"