ASKEP BBLR



Tugas  : Kelompok
MK      : Keperawatan Anak II
Dosen  : HJ. Rasnin Palari, SKM, S.Kep, M.kes



DI SUSUN
OLEH KELOMPOK II:
1.   Iwansyah (10.2033)
2.   Kasmi ( 10.2034)
3.   Magdalena
4.   Muh. Saipul (10.2037)
5.   Nasrullah Hasbi (10.2038)
                                               
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
GUNUNG SARI MAKASSAR
2013-2014


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini biarpun masih ada beberapa kekurangan.
Makalah yang berjudul “………………………………” ini adalah sabagai tugas kelompok untuk memenuhi mata kuliah keperawatan komunitas dan semoga dengan kehadiran makalah ini dapat memberikan wawasan yang baru bagi teman-teman maupun dosen yang membacanya dan berguna bagi semua pihak.

Penulis, 22 maret 2013

KELOMPOK II









DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB  I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................
B.     Rumusan Masalah..............................................................................
C.     Tujuan................................................................................................
1.      Tujuan mum.................................................................................
2.      Tujuan khusus...............................................................................
BAB  II  KONSEP DASAR MEDIS
                A.   Pengertian BBLR.............................................................................            
                 B.   Etiologi.............................................................................................
                 C.   Penyakit Penyerta Pada BBLR........................................................
                D.   Manifestasi Klinik............................................................................
                 E.   Pemeriksaan Penunjang....................................................................
                  F.   Komplikasi.......................................................................................
                G.   Penatalaksanaan Medis....................................................................
                H.   Pencegahan BBLR...........................................................................
                   I.   Resiko BBLR...................................................................................

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.    pengkajian.........................................................................................            
B.     Diagnosa Keperawatan ....................................................................
C.     Intervensi Keparawatan....................................................................
D.    Iplemenrasi Keperawatan.................................................................
E.     Evaluasi

BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................
B.     Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA


























BAB 1
PENDAHULUAN

       A.  LATAR BELAKANG
Kongres Kedokteran Perinatologi Eropa Ke-2, 1970, mendefinisikan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan  dengan berat badan lahir £ 2500 gr dan mengalami masa gestasi yang diperpendek maupun pertumbuhan intra uterus kurang dari yang diharapkan (Rosa M. Sacharin, 1996).
Berat Badan Lahir Rendah tergolong bayi yang mempunyai resiko tinggi untuk kesakitan dan kematian karena BBLR mempunyai masalah terjadi gangguan pertumbuhan dan pematangan  (maturitas) organ yang dapat menimbulkan kematian.
Angka kejadian (insidens) BBLR di negara berkembang seperti di Inggris dikatakan sekitar 7 % dari seluruh kelahiran. Terdapat variasi yang bermakna dalam insidens diseluruh negeri dan pada distrik yang berbeda, angka lebih tinggi di kota industri besar (Rosa M. Sacharin, 1996). Sedangkan di Indonesia masih merupakan masalah yang perlu diperhatikan, karena di Indonesia angka kejadiannya masih tinggi. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dari tahun ke tahun tidak banyak berubah sekitar     22 % - 26,4 %.
Berkenaan dengan itu upaya pemerintah menurunkan IMR tersebut maka pencegahan dan pengelolaan BBLR sangat penting. Dengan penanganan yang lebih baik dan pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan BBLR, diharapkan angka kematian dan kesakitan dapat ditekan.
Peran serta perawat dalam pencegahan BBLR dengan meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin yang dikandung, maka perlu dilakukan deteksi dini melalui  pemantauan Ante Natal Care dan pengelolaan BBLR dengan penanganan dan pengetahuan yang memadai dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas kelompok tertarik untuk mengangkat masalah asuhan keperawatan pada neonatus dengan BBLR di Ruang Neonatus RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

      B.  TUJUAN
  1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan keperawatan pada dengan BBLR.
  1. Tujuan Khusus
a.       Mengetahui pengertian BBLR
b.    Mengetahui etiologi/penyebab bayi BBLR
c.       Mengetahui penyakit penyerta pada BBLR
d.      Mengetahui  manifestasi klinik dari bayi BBLR
e.       Melakukan pemeriksaan penunjang pada bayi BBLR
f.       Mengetahui komplikasi yang timbul pada bayi BBLR
g.    Penatalaksanaan medis pada bayi BBLR
h.   Mengetahui pencegahan pada bayi BBLR
i.    Mengetahui resiko dari BBLR










BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

A.  PENGERTIAN
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram  ( WHO, 1961 ). Berat badan pada kehamilan khusus apapun sangat berfariasi dan harus digambarkan pada grafik presentil.
Bayi yang berat badannya diatas presentil 90 dinamakan besar untuk umur kehamilan dan yang di bawa presentil 10 dinamakan ringan  untuk umur krhamilan. Berdasarkan itu bahwa 10 % semua bayi ringan  untuk umur kehamilan. Bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gr pada saat lahir di namakan berat badan lahir rendah.
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan lahir rendah  di bedakan:
Ø Bayi berat lahir rendah , berat lahir 1500 – 2500  gram
Ø Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram
Ø Bayi berat lahir eksterem, Berat lahir kurang dari 1000 gram

B.  ETIOLOGI
Bayi berat lahir rendah mungkin prematur ( kurang bulan ) mungkin juga cukup bulan ( dismatur ).
·         PREMATUR MURNI
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamillan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR / SMK.
Faktor Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur atau BBLR adalah :
1. Faktor Ibu
-   Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
    -   Gizi saat hamil kurang
             -   Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
    -   Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
-           Penyakit menahun ibu  : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
-           Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion
-           Faktor pekerja terlalu berat
-          Primigravida
-          Ibu muda (<20 tahun)
2. Faktor kehamilan
    Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil seprti preeklamsia, eklamsi, ketuban pecah dini.
3. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda., anomali congenital.
4. Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan, merokok
5. Faktor yang masih belum diketahui.
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah :
1.      Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar  kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm.
2.      Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
3.      Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
4.      Kepala lebih besar  dari badan rambut tipis dan halus 
5.      Tulang tulang  tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
6.      Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7.      Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
8.      Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu
9.      Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama   pada dahi dan pelipis dahi dan lengan.
10.  Lemak subkutan kurang
11.  Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
12.  Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah.
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR) .
·         DISMATUR
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan .
Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Proportionate IUGR
    Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
2. Disporpotionate IUGR
  Terjadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit , kulit kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur :
1. Faktor ibu :  Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita penyakit diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu, (tinggal didaerah pegunungan , hemoglobinopati, penyakit paru kronik ) gizi buruk, Drug abbuse, peminum alcohol.
2.  Faktor utery dan plasenta :  Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat yang tidak normal, uterus bicornis, infak plasenta, tranfusi dari kembar yang satu kekembar yang lain, sebagian plasenta lepas.
3. Faktor janin : Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan,  (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpez, sifillis).
4.      Penyebab lain :Keadaan sosial ekonomi  yang rendah, tidak diketahui

C.   PENYAKIT PENYERTA PADA BBLR
a. Bayi kurang bulan murni (Prematur)
 - Aspirasi pneumonia
 - Perdarahan Intra Ventrikuler
 - Hiperbilirubinemia
 - Gangguan pernafasan idiopatik
b. Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)
 - Aspirasi mekonium diikuti dengan Pneumotorak
 - Hb meningkat akibat hipoksia kronis
 - Hipoglikemi
 - Asfiksia, perdarahan paru masif, hipotermi, infeksi
D.   MANIFESTASI KLINIK
a. Bayi kurang bulan murni (Prematur)
-          BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, kepala > badan
-          Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar
-          Genetalia imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun telinga kurang
-          Tangis lemah, tonus otot leher lemah.
-          Reflek moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna.
-          Bila lapar menangis, gelisah, aktifitas bertambah, bila dalam 3 hari hal ini
-          Tidak tampak bayi menderita infeksi/perdarahan intrakranial
-          Nafas belum teratur
-          Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak
-          Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belumterbentuk dengan baik
b. Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)
 Dibagi dalam 3 stadium :
1.       Kurus relatif lebih panjang,
2.        Kulit tipis dan
3.        Kering.
E.   PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1.      Pemeriksaan skor ballard
2.      Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.
3.      Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
4.      Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
5.      USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.
F.   KOMPLIKASI

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
1.  Hipotermia
2.  Hipoglikemia
3.  Gangguan cairan dan elektrolit
4.  Hiperbilirubinemia
5.  Sindroma gawat nafas
6.  Paten duktus arteriosus
7.  Infeksi
8.  Perdarahan intraventrikuler
9.  Apnea of Prematurity
10.Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain :
ü  Gangguan perkembangan
ü   Gangguan pertumbuhan
ü  Gangguan penglihatan (Retinopati)
ü  Gangguan pendengaran
ü  Penyakit paru kronis
ü  Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit 
ü  Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
G.   PENATALAKSANAAN MEDIS
  1. Medikamentosa, Pemberian vitamin K1 Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
    Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
  2. Diatetik,  Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama: Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
    Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
  3. Suportif, Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal : Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
    * Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
    *      
    Ukur suhu tubuh dengan berkala
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
*    Jaga dan pantau patensi jalan nafas
*   
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
*   
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
    gangguan nafas, hiperbilirubinemia).
*   
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
*   
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

H.   PENCEGAHAN  BBLR
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun).
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
I.   RESIKO BBLR
BBLR umumnya kerap mengalami gangguan. Apalagi bila perawatan di tahun pertama kelahirannya kurang baik. Ini dapat berdampak hingga bayi itu tumbuh menjadi besar. Berikut beberapa resiko yang mungkin muncul.
1.      Lemah dan mudah kedinginan karena lapisan lemak bawah kulitnya sangat tipis.
2.      Mudah letih, karena sering tersedak waktu menyusui dan malas mengisap. BBLR harus minum ASI lebih sering supaya beratnya menjadi normal.
3.      Mudah terkena penyakit
4.      Mudah terkena gangguan pernafasan
5.      Bila terkena penyakit beresiko fatal








BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN
1.  Data Subyektif
      Data subyektif terdiri dari
Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (TalbottLaura A, 1997 : 6).
a.       Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu:
ü  Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
ü  Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
ü  Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
ü  Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm).
Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
ü  Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
ü  Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
b .   Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
ü  Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
ü  Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
ü  Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
c.   Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
Kebutuhan parenteral :
ü  Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
ü  Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
Kebutuhan nutrisi enteral :
ü  BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
ü  BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
ü  BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus :
ü  Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
ü  Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
ü  Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
ü  Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari
(Iskandar Wahidiyat, 1991 :1).
d.   Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah :
ü  BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
ü  BAK : frekwensi, jumlah
e.   Latar belakang sosial budaya
ü  Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika.
ü  Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
f.   Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif.
2.   Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995).
a.       Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b.      Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87). Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).
c.       Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
d.      Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
e.       Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
f.       Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
g.      Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
h.      Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.
i.        Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek.
j.        Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
k.      Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah  arcus costaae     pada garis papila  mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
l.        Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
m.    Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
n.      Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
o.      Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
p.      Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
3. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
Darah : GDA > 20 mg/dl, test kematangan paru, CRP, Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl

B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR antara lain:
1.      Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan produksi surfactan yang belum optimal.
  1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
  2. Resiko terjadinya hipoglikemia b/d meningkatnya metabolisme tubuh neonatus.
  3. Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis.
  4. Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitasyang belum sempurna, ketuban meconial.
  5. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan rawat terpisah.







C.  INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Rasional
1
Gangguan pertukaran gas b/d produksi surfactan yang belum optimal.
Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
Kriteria:
·  Pernafasan normal 40-60 kali permenit.
·  Pernafasan teratur.
·  Tidak cyanosis.
·  Wajah dan seluruh tubuh.
 1.Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
1.  1. Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi  kelancaran jalan nafas.



·  Berwarn kemerahan (pink variable).
·  Gas darah normal
·  PH = 7,35 – 7,45
·  PCO2 = 35 mm Hg
·  PO2 = 50 – 90 mmHg        
2.2 2. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
2.   Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.



3.    Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.
3.    3.  Deteksi dini adanya kelainan.



3.      4. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri.
4.         4.   Mencegah terjadinya hipoglikemia.
2.
Resiko terjadinya hipotermi b/d lapisan lemak pada kulit yang masih tipis.
Tidak terjadi hipotermia ,
Kriteria :
·   Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C.
·   Akral hangat
·   Warna seluruh tubuh kemerahan
.   1. Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer
1.           1. Mengurangi kehilangan      panas pada suhu lingkungan sehingga meletakkan bayi menjadi hangat.



2.Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas tubuh, letakkan bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.
.            2. Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi.



    3.   Observasi suhu bayi   tiap 6 jam.
.       3. Perubahan suhu tubuh bayi dapat  menentukan tingkat hipotermia.









4.  Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.
    4. Mencegah terjadinya hipoglikemia.
3.
Resiko gangguan penemuan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
·    Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik.
    1.  Lakukan observasi BAB dan  BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi.
1.  Deteksi adanya kelainan pada  eliminasi bayi dan segera mendapat tindakan / perawatan yang tepat.


·    Berat badan tidak turun lebih dari 10%.
·    Retensi tidak ada.
2. Monitor turgor dan mukosa mulut.
2. Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut.



3. Monitor intake dan out put.
3.Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance).



4. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.
4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.



5. Lakukan control berat badan setiap hari.
5. Penambahan dan penurunan berat badan dapat di  monitor.





6. Lakukan control berat badan setiap hari.
6. Penambahan dan penurunan berat badan dapat di  monitor.
4.
Resiko terjadinya infeksi
Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi),
Kriteria :
1. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan keperawatan.
1. Pada bayi baru lahir daya tahan tubuhnya kurang / rendah.


·   Tidak ada tanda-tanda infeksi.
·  Tidak ada gangguan fungsi tubuh.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2. Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.



3. Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi).
3. Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi.



4. Lakukan perawatan    tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.
4. Mencegah terjadinya infeksi dan memper-cepat pengeringan tali pusat karena  mengan-dung anti biotik, anti jamur, desinfektan.



5. Jaga  kebersihan (badan, pakaian) dan  lingkungan bayi.
5. Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman.



6. Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala kardinal.
6. Deteksi dini adanya kelainan.



7. Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
7. Mencegah terjadinya penularan infeksi.



8. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian antibiotik.
8. Mencegah infeksi dari pneumonia.








9 Siapkan pemeriksaan laboratorat  sesuai advis dokter yaitu pemeriksaan DL, CRP.
9. Sebagai pemeriksaan penunjang.
5.
Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang meningkat.
Tidak terjadi  hipoglikemia selama masa perawatan,
Kriteria :
·      Akral hangat
·      Tidak cyanosis
·      Tidak apnea
·      Suhu normal (36,5°C -37,5°C).
1. Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian nutrisi.
1. Mencega pembakaran glikogen dalam tubuh dan untuk pemantauan intake dan out put.


·      Distrostik normal
                   (> 40 mg).
2. beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan
2. Menjaga kehangatan agar tidak terjadi proses pengeluaran suhu yang berlebihan sedangkan suhu lingkungan berpengaruh pada suhu bayi.



3. Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi).
3. Deteksi dini adanya kelainan.











4. Kolaborasi dengan team medis untuk pemeriksaan laborat yaitu distrostik.
4. Untuk mencegah terjadinya  hipoglikemia lebih lanjut dan kompli-kasi yang ditimbulkan pada organ - organ tubuh yang lain.
6.
Gangguan hubungan  interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan dengan perawatan intensif.
Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu,
1. para ibu / keluarga tentang keadaan bayinya sekarang.
1. Ibu mengerti keadaan bayinya dan mengura-ngi kecemasan serta untuk kooperatifan ibu/keluarga.


Kriteria:
·      Ibu dapat segera menggendong dan meneteki bayi.
2. Bantu orang tua / ibu mengungkapkan perasaannya.
2. Membantu memecah-kan permasalahan yang dihadapi.


·      Bayi segera pulang dan ibu dapat merawat  bayinya sendiri.
3. Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit.
3.Ketidaktahuan memperbesar stressor.



4. Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung (batasi oleh kaca pembatas).      
4. Menjalin kontak batin antara ibu dan bayi walaupun hanya melalui kaca pembatas.



5. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi jika keadaan bayi memungkinkan.
5. Rawat gabung merupakan upaya mempererat hubungan ibu dan bayi/setelah bayi diperbolehkan pulang.






D.  IMPLEMENTASI KEPERAWATAN                       
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Santosa NI, 1995).

E.  EVALUASI
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan (Santosa NI, 1995). Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.















BAB IV
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Setelah membahas mengenai uraian asuhan keperawatan pada neonatus dengan BBLR, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Dalam melakukan pengkajian pada neonatus dengan BBLR ditekankan pada ditekankan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, interitas kulit, dan resiko infeksi.
  1. Dalam perencanaan perlu dituliskan target waktu target waktu yang digunakan dalam pelaksanan intervensi disesuaikan dengan keadaan tempat praktek yakni di ruang neonatus sehingga  kurang maksimal.
  2. Dalam melakukan pengkajian  dan implementasi keperawatan, perawat harus benar-benar prosedural dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi neonatus mengingat bayi BBLR terjadi imaturitas organ.
  3. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, interitas kulit, dan resiko infeksi.
B.  SARAN-SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberanikan diri untuk memberikan saran sebagai berikut:
1.      Dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak boleh membeda-bedakan status klien.
  1. Dalam melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan perlu adanya pendekatan dengan klien yaitu; menjalin hubungan saling percaya sehingga klien mau mengungkapkan apa yang dirasakan dan masalah keperawatan yang dihadapi dapat teratasi.
  2. Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan khususnya pada kasus Bronchitis alergia diruang neonatus hendaknya perawat meningkatkan pengetahuan tentang masalah BBLR.
  3.  Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan neonatus dengan BBLR perawat diharuskan memiliki sikap sabar, sopan, teliti, cermat, mempunyai pengetahuan, wawasan yang luas dan ketrampilan yang memadai.
















DAFTAR PUSTAKA
semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/11/08/askep-bblr/
Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from : http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. Last Update : 2003 [diakses tanggal 2 Desember 2007].
World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting optimal fetal growth. Avaliable from : http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last update : January 2007 [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].
http://buiten-zorg.blogspot.com/2008/07/askep-bayi-bblr.html













Iwansyah
Iwansyah Seorang Penulis Pemula Yang Mengasah Diri Untuk Menjadi Lebih Baik

Post a Comment for "ASKEP BBLR"