Opini: Perawat dibalik campur tangan Tuhan


“Jika kita bekerja penuh dengan rasa ikhlas karena ingin membantu pasien,
Insya allah, tuhan dibalik campur tangan perawat”
~Iwansyah~

Kata “Perawat” ketika mendengar sejenak merupakan sebuah panggilan yang sangat sakral atau keramat sekalipun,seperti seorang nabi yang mengantar wahyu dari tuhan kepada setiap manusia di muka bumi ini.  sebuah profesi besar, profesi yg ditakdirkan lahir dari rahim penuh CINTA  karena dibalik putihnya seragam perawat disitulah tersimpan kesucian hati dan kemurnian jiwa.

Profesi perawat menjadi tempat kontak pertama pasien untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, berkesinambungan, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang komprehensif,efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral. Profesi yang tidak mengenal lelah dengan jam kerja yang begitu padat. Dua sampai tiga shift dalam 24 jam di tengah-tengah pasien. Perawat memberikan pelayanan yang terbaik. Berharap jasa yang perawat  lakukan terpancar  seputih baju yang dikenakan. Tidak ada kata lelah menghadapi orang sakit tak semudah menghadapi orang yang sehat. Sisi psikologis tentu sangat berperan, kesabaran yang ekstra harus dimainkan. Belum lagi menghadapi keluarga pasien yang sudah tentu beraneka karakter, memang harus memiliki kemampuan khusus. Semua tak mudah dan  terkadang kesabaran itu harus teruji dan goyah. 

Dalam diam penulis mencoba untuk mengerti, Beban yang ditanggung oleh perawat dalam memberikan pelayanan dan perawatan kepada pasien. Beban yang rasanya tak lagi tertera dimata fikiran mereka. Beban yang takkan tampak bila hanya dipandang mata. Beban yang tak lagi nampak dalam hidup mati mereka. Beban yang ia rasakan, adalah rasa terpanggil, memenuhi kebutuhan setiap mata yang membutuhkannya. Ketulusan hati menorehkan kasih sayang dan cinta kepada setiap mata yang terhina oleh kesakitan yang tak tertahan. Setiap insan yang tertanam kesakitan, mereka anggap sebagai raja dan ratu yang harus dilayani dengan tulus sepenuh hati sampai pulih dan sembuh kembali. Hidup seorang perawat telah tercurahkan hanya untuk kesehatan dunia ini tanpa memikirkan gaji yang rendah, dideskriminasi, ditindas dan dianggap profesi lemah. 

Perawat dalam memberikan pelayanan dan perawatan mengabdikan kepada rakyat. Bukan untuk dipilih, bukan untuk dijunjung tinggi, bukan untuk dipuja. Sebagai wakil rakyat, juru bicara rakyat, Kepada sang penguasa diatas segala kuasa. Dan kamilah ”perawat dibalik tangan Tuhan”, seperti yang pernah ditulis oleh penulis dalam opini yang berjudul ”Perawat Adalah Profesi Penghuni Surga” disitu dikatakan bahwa ada kesamaan antara Pencinta Tuhan dengan Perawat, karena manusia adalah wakil Tuhan atau kalau ditafsirkan ke dalam bahasa sufi : manusia adalah tajalli atau manifestasi dari Tuhan, sedangkan perawat adalah pencinta sesama manusia. Jadi Perawat adalah profesi yang sangat sufistik religius dan bisa dikatakan bagian dari tangan tuhan yang selalu menolong orang yang lagi dalam menghadapi masalah, baik itu orang sehat maupun orang sakit selalu dirawat.

  Memberikan kesehatan, Menyalurkan kedamaian, ketentraman, bagi semua insan. Saat raganya merasa kesakitan. saat hatinya merasa resah, saat jiwanya dalam gundah, jiwa yang butuh akan kedamaian, dan raga yang rindu akan ketentraman disitulah kami hadir membantu dan menolong masyarakat yang lagi dalam masalah. Bukannya menjadi seorang perawat merupakan profesi yang mulia? Biaya agar bisa menjadi seorang perawat tidaklah murah, menguras otak dan tenaga, semua perjuangan itu dilandaskan dengan niat pada akhirnya ingin mengabdi dalam membantu menyembuhkan masyarakat biarpun gaji hanya sesuap nasi.

Barangkali kita masih tertanya-tanya, benarkah kalau kita menolong orang  tangan kita akan bersentuhan dengan “tangan”-Nya (tuhan). Entah kita harus menafsirkan bagaimana, tapi pernyataan sufi itu ternyata merupakan terjemahan langsung dari sebuah hadis qudsi, bahwa Allah memang bersama orang-orang lemah dan tertindas seperti profesi perawat yang selalu ditindas dengan berbagai macam cobaan dan ujian. Kita simak bunyi hadis qudsinya: 

 “Hai anak Adam, kenapa waktu Aku sakit engkau tidak menjenguk-Ku? Orang itu menjawab: “Wahai Tuhan, bagaimana aku menjenguk-Mu padahal Engkau Tuhan semesta alam. Allah menjawab: “Tahukah engkau waktu fulan sakit engkau tidak menjenguknya ? Tidak tahukah engkau sekiranya waktu itu engkau menjenguknya niscaya engkau akan menemukan-Ku. Wahai manusia, kenapa engkau tidak memberi-Ku makan?” “Bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan padahal Engkau Tuhan semesta alam?” jawabanny, kata Tuhan, “Waktu itu ada seorang hamba-Ku yang meminta makan kepadamu, tapi engkau tidak memberinya. Tahukah engkau sekiranya engkau memberi makan kepadanya, niscaya engkau menemukan Aku disana. Wahai manusia, engkau meminta minum kepada-Ku tapi engkau tidak memberi minum kepada-Ku.” “Wahai Tuhan, bagaimana mungkin aku memberi minum kepada-Mu padahal Engkau adalah Tuhan semesta alam.” “Ada seorang hamba-Ku yang meminta minum kepadamu tapi engkau menolaknya. Tahukah engkau sekiranya engkau memberinya minum niscaya engkau menemukan-Ku disana.”

Apa makna kalimat hadis qudsi diatas ? Luas sekali. Didalam konteks teologi, ia bisa berarti sindiran Tuhan kepada manusia. Bahkan Tuhan sendiri merasa perlu untuk merendahkan diri dihadapan manusia yang sedang tinggi hati.  Jadi, betapa berbahaya penyakit tinggi hati itu. Karena ia bisa membalik pandangan yakni betapa yang rendah terlihat sebagai tinggi. Profesi perawat yang selalu ditindas tapi dimata tuhan derajat kita tinggi. Segala tindakan keperawatan yang berlandaskan niat dan hati yang tulus akan dipermudah dan diberikan kenikmatan oleh tuhan, baik nikmat yang dirasakan oleh perawat maupun nikmat yang dirasakan oleh pasien yang pernah dipegang oleh tangan perawat dengan kesucian hati dan kemurnian jiwa karena dibalik dari tangan mereka tersimpan tangan tuhan.
Iwansyah
Iwansyah Seorang Penulis Pemula Yang Mengasah Diri Untuk Menjadi Lebih Baik

Post a Comment for "Opini: Perawat dibalik campur tangan Tuhan"