Persepsi Masyarakat Tentang Perawat



“tak seorangpun pernah dihormati karena apa yang dia terima. kehormatan adalah penghargaan bagi orang yang telah memberikan sesuatu yang berarti”
~Calvin Coolidge-presiden ke-30 amerika Serikat.

Selama ini profesi perawat memiliki persepsi berbeda dikalangan masyarakat. Banyak masyarakat sekarang ini menganggap bahwa perawat hanyalah sekedar pembantu dokter,yang tanpa dokter perawat tidak dapat melakukan tugasnya dengan sempurna, anggapan ini telah menjadi penilaian utama terhadap profesi seorang perawat. Akibatnya banyak masyarakat yang menganggap bahwa profesi seorang perawat itu rendah.

Tugas perawat yang langsung bersentuhan dengan pasien memengaruhi gambaran perawat secara keseluruhan. Segala kebutuhan pasien di rumah sakit dengan tingkat ketergantungan yang tinggi sangat membutuhkan bantuan perawat . Masyarakat sering melihat profesi perawat dalam kehidupan pasien sehar-hari, seperti ketika pasien mau makan, minum, mandi, buang air besar maupun kecil. Melihat tugas keseharian perawat seperti inilah yang membentuk pandangan masyarakat akan tugas seorang perawat tidak lebih dari seorang pembantu. Jika dikaji lebih dalam sebenarnya tanggung jawab seorang perawat itu sangat besar, di balik tugasnya yang harus memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat seorang perawat juga berperan dalam kesembuhan pasien.

Bila perawat yang menangani pasien tidak profesianal maka pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien pun akan terganggu. Obat yang bagus dan dokter yang hebat pun akan tidak berpengaruh jika perawatnya salah. Jadi peran perawat sangat besar dalam proses penyembuhan seorang pasien. Tanpa kita sadari, perawat sebenarnya mengemban tugas yang berat. Mereka harus bisa menjadi seperti seorang dokter, apoteker, psikiater, psikolog bahkan teman yang dapat menjadi tempat curhat bagi pasien. Hal itu karena perawat memang harus memeriksa atau mendiagnosa, menyarankan obat, menjadi tempat curhat, memberi nasehat pada pasien, menemani pasien, bahkan hingga menjadi tempat pelampiasan pasien yang marah. Seorang perawat sering menjadi tempat pelampiasan kemarahyan pasien, hal ini bisa terjadi ketika seorang pasien mengalami gangguan kejiwaan atau ketika pasien didiagnosa oleh seorang dokter mengidap penyakit tertentu, tentu pasien shock ketika mendengar berita tersebut.

Dalam situasi seperti ini peran perawat sangat dibutuhkan terlebih-lebih untuk penenangan jiwa pasien. Selain itu peran perawat juga dapat dilihat ketika soerang pasien yang sedang putus asa. Walaupun dokter mengatakan dia baik-baik saja, tapi pasien tersebut tetap merasa bahwa dia sakit. Hal yang seperti ini dapat dirawat agar perasaan itu tidak ada lagi. Selain tugas seorang psikiater dan psikolog, di sini perawat juga dapat berperan untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien tersebut agar menjadi sehat seutuhnya atau dengan kata lain sehat jasmani dan rohani. Bahkan, orang yang sudah divonis mati pun harus tetap dilayani oleh perawat untuk memenuhi kebutuhannya agar tetap semangat dan bisa meninggal dengan keadaan damai. Karena di sini, tugas dokter hanya memeriksa biologisnya saja, atau seorang psikolog hanya dari psikologinya saja. Tapi bagi perawat, belum tentu orang sehat dibilang sehat bila orang tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya. 

Hal ini sesuai dengan prinsip perawat yang harus mendiagnosa pasien dilihat dari biologisnya, sosialnya, psikologisnya, dan spiritualnya. Dengan kata lain, perawat adalah petugas medis yang memang paling banyak jasanya dalam menjalankan tugas-tugasnya. Tanpa panggilan jiwa, seorang perawat akan sulit melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal inilah yang menjadikan pandangan tentang perawat kurang bagus di masyarakat. Jadi, berpikirlah dua kali bila anda berpikiran jelek terhadap perawat, karena dibalik semua itu, mereka mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar dalam pelayanan kesehatan. 

Anggapan masyarakat luas terhadap sebuah profesi, khususnya perawat. Banyak orang beranggapan bahwa dokter lebih pintar dari perawat, sejujurnya saya sempat sependapat dengan anggapan tersebut karena selama saya kuliah profesi Ners dengan  mengunjungi beberapa rumah sakit yang ada di Makassar (pada pelayanan kelas 3), saya selalu mendaptkan fakta bahwa perawat bertindak selalu atas perintah dokter dan wajar bila akhirnya masyarakat berpendapat bahwa dokter lebih pintar daripada perawat karena hanya orang yang lebih pintar/berkuasa-lah yang dapat memerintah orang lain.

Namun ternyata profesi perawat tidaklah sebodoh atau selemah yang selama ini dipersepsikan oleh masyarakat luas. Kita memang tidak bisa memungkiri bahwa profesi dokter telah lebih dulu berkembang di negara ini ketimbang perawat, dapat kita lihat bagaimana sekolah tinggi kedokteran pertama sudah ada dari jaman Belanda yang kita kenal dengan STOVIA, dan barulah setelah jumlah dokter dirasa kurang memadai akhirnya pelatihan-pelatihan bagi pribumi untuk menjadi perawat dibuka oleh pemerintah Belanda pada saat itu, dan perawat masih didesain sebagai pembantu dokter. Fakta sejarah ini menggambarkan bagaimana keterlambatan perkembangan profesi perawat di Indonesia bila dibandingkan dengan dokter.

Terlambat bukan berarti tidak bisa mengeja, dengan kemajuan teknologi informasi seperti sekarang ini sebetulnya merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh kaum perawat untuk mengejar ketertinggalannya dengan profesi lain yang pada hakikatnya merupakan rekan kerja yang setara dan saling melengkapi. Adapun faktor lain yang juga memberatkan dunia keperawatan untuk maju adalah persepsi masyarakat Indonesia tentang perawat itu sendiri, masih banyak masyarakat yang berpendapat bahwa “bila kamu pintar dan ingin sukses di bidang kesehatan, maka jadilah dokter. Namun bila kecerdasanmu pas-pasan tapi tetap ingin berkiprah di bidang kesehatan, maka jadilah perawat, lebih gampang kok kuliahnya dan apabila ada orang yang dianggap sedikit lebih pintar di dunia keperawatan akan dibilang ih tanggung banget, kenapa gak jadi dokter aja sekalian”. Pendapat-pendapat seperti inilah yang akhirnya membuat dunia keperawatan secara relatif masih kurang terisi oleh manusia-manusia Indonesia yang pintar dan unggul, karena keengganan dari orang tua yang memiliki anak cerdas untuk menyekolahkan anaknya di bidang keperawatan.

Jadi semua kembali ke individu yang sudah menjadi perawat maupun yang masih menjadi calon perawat, karena hanya kita lah yang bisa menunjukkan wajah keperawatan yang sebenarnya dan seharusnya kepada khalayak ramai sebagai salah satu profesi kesehatan yang mempunyai peran cukup besar untuk bersama-sama menyehatkan Indonesia kita tercinta ini.

Untuk menjadi perawat ideal di mata masyarakat, diperlukan kompetensi yang baik dalam hal menjalankan peran dan fungsi sebagai perawat. Seorang perawat profesional haruslah mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Adapun peran perawat diantaranya ialah pemberi perawatan, pemberi keputusan klinis, pelindung dan advokat klien, manajer kasus, rehabilitator, pemberi kenyamanan, komunikator, penyuluh, dan peran karier. Semua peran tersebut sangatlah berpengaruh dalam membangun citra perawat di masyarakat. Namun, disini saya akan menekankan peran yang menurut saya paling penting dalam membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Peran–peran tersebut diantaranya ialah peran sebagai pemberi perawatan, peran sebagai pemberi kenyaman dan peran sebagai komunikator.

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan merupakan peran yang paling utama bagi seorang perawat. Perawat profesional yang dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan terampil akan membangun citra keperawatan menjadi lebih baik di mata masyarakat. Saat ini, perawat vokasional memang masih mendominasi praktik keperawatan di rumah sakit maupun di tempat pelayanan kesehatan lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa perawat vokasional memiliki kemampuan aplikasi yang baik dalam melakukan praktik keperawatan. Namun, perawat vokasional memiliki pengetahuan teoritis yang lebih terbatas jika dibandingkan dengan perawat profesional. Dengan semakin banyaknya jumlah perawat profesional saat ini, diharapkan dapat melengkapi kompetensi yang dimiliki oleh perawat vokasional. Seorang perawat profesional harus memahami landasan teoritis dalam melakukan praktik keperawatan. Landasan teoritis tersebut akan sangat berguna bagi perawat profesional saat menjelaskan maksud dan tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikan secara rasional kepada klien. Hal ini tentu saja akan membawa dampak baik bagi terciptanya citra perawat ideal di mata masyarakat yaitu perawat yang cerdas, terampil dan profesional.

Kenyamanan merupakan suatu perasaan subjektif dalam diri manusia. Masyarakat yang menjadi klien dalam asuhan keperawatan akan memiliki kebutuhan yang relatif terhadap rasa nyaman. Mereka mengharapkan perawat dapat memenuhi kebutuhan rasa nyaman mereka. Oleh karena itu, peran perawat sebagai pemberi kenyamanan, merupakan suatu peran yang cukup penting bagi terciptanya suatu citra keperawatan yang baik. Seorang perawat profesional diharapkan mampu menciptakan kenyamanan bagi klien saat klien menjalani perawatan. Perawat profesional juga seharusnya mampu mengidentifikasi kebutuhan yang berbeda-beda dalam diri klien akan rasa nyaman. Kenyamanan yang tercipta akan membantu klien dalam proses penyembuhan, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat. Pemberian rasa nyaman yang diberikan perawat kepada klien dapat berupa sikap atau perilaku yang ditunjukkan dengan sikap peduli, sikap ramah, sikap sopan, dan sikap empati yang ditunjukkan perawat kepada klien pada saat memberikan asuhan keperawatan. Memanggil klien dengan namanya merupakan salah satu bentuk interaksi yang dapat menciptakan kenyamanan bagi klien dalam menjalani perawatan. Klien akan merasa nyaman dan tidak merasa asing di rumah sakit. Perilaku itu juga dapat menciptakan citra perawat yang ideal di mata klien itu sendiri karena klien mendapatkan rasa nyaman seperti apa yang diharapkannya.

Peran perawat sebagai komunikator juga sangat berpengaruh terhadap citra perawat di mata masyarakat yang selama ini buruk. Masyarakat sangat mengharapkan perawat dapat menjadi komunikator yang baik. Klien juga manusia yang membutuhkan interaksi pada saat ia menjalani asuhan keperawatan. Interaksi verbal yang dilakukan dengan perawat sedikit banyak akan berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan klien. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar-sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, serta sumber informasi dan komunitas. Kualitas komunikasi yang dimiliki oleh seorang perawat merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan komunitas. Sudah seharusnya seorang perawat profesional memiliki kualitas komunikasi yang baik saat berhadapan dengan klien, keluarga maupun dengan siapa saja yang membutuhkan informasi mengenai masalah keperawatan terkait kesehatan Perawat yang ideal adalah perawat yang baik. Begitulah kebanyakan orang menjawab ketika ditanya mengenai bagaimana sosok perawat ideal di mata mereka. Mungkin kedengarannya sangat sederhana. Namun, di balik semua itu, pernyataan tersebut memiliki makna yang besar. Masyarakat ternyata sangat mengharapkan perawat dapat bersikap baik dalam arti lembut, sabar, penyayang, ramah, sopan dan santun saat memberikan asuhan keperawatan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita memang masih menemukan perilaku kurang baik yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap klien saat menjalankan tugasnya di rumah sakit. Hal itu memang sangat disayangkan karena bisa membuat citra perawat menjadi tidak baik di mata masyarakat. Ternyata memang hal-hal seperti itulah yang memunculkan jawaban demikian dari masyarakat.

Untuk menjadi perawat ideal di mata masyarakat, diperlukan kompetensi yang baik dalam hal menjalankan peran dan fungsi sebagai perawat. Seorang perawat profesional haruslah mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Adapun peran perawat diantaranya ialah pemberi perawatan, pemberi keputusan klinis, pelindung dan advokat klien, manajer kasus, rehabilitator, pemberi kenyamanan, komunikator, penyuluh, dan peran karier. Semua peran tersebut sangatlah berpengaruh dalam membangun citra perawat di masyarakat. Namun, disini saya akan menekankan peran yang menurut saya paling penting dalam membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Peran–peran tersebut diantaranya ialah peran sebagai pemberi perawatan, peran sebagai pemberi kenyaman dan peran sebagai komunikator.

Peran perawat sebagai komunikator juga sangat berpengaruh terhadap citra perawat di mata masyarakat. Masyarakat sangat mengharapkan perawat dapat menjadi komunikator yang baik. Klien juga manusia yang membutuhkan interaksi pada saat ia menjalani asuhan keperawatan. Interaksi verbal yang dilakukan dengan perawat sedikit, seorang perawat merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan komunitas. Sudah seharusnya seorang perawat profesional memilikii kualitas klien.

Pentingnya peran perawat sebagai 'pelaksana keperawatan' memberikan asuhan keperawatannya terhadap masyarakat. Kalau saya mengamati (maaf ini hanya pendapat saya) peran perawat dalam terjun langsung memberikan asuhan keperawatannya terhadap masyarakat masih belum banyak. Perawat masih cenderung bekerja di RS, klinik, menjadi dosen, atau bekerja di puskesmas. Perawat yang memiliki peran sebagai pelaksana keperawatan dapat memaksimalkan fungsinya yaitu dengan terjun langsung kemasyarakat, baik itu di warga, institusi pemerintahan, sekolahan, panti asuhan, dll. Upaya ini selain sebagai preventif terhadap penyakit, juga upaya untuk memberi pandangan kepada  masyarakat bahwa perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang professional. Ilmu-ilmu yang telah dimiliki oleh perawat bisa disebarluaskan kepada masyarakat sehingga pengetahuan dan minat menjaga kesehatan masyarakat menjadi lebih baik.

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
                                 
Iwansyah
Iwansyah Seorang Penulis Pemula Yang Mengasah Diri Untuk Menjadi Lebih Baik

Post a Comment for "Persepsi Masyarakat Tentang Perawat"