Hubungan Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan fokus utama pemecahan masalah kesehatan di Indonesia. Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia (Supariasa, 2012). Bila kadar Hb ibu hamil <11 gr % maka kadar hemoglobin ibu hamil tersebut dikatakan tidak normal/anemia. di Indonesia umumnya kadar hb yang kurang disebabkan oleh kekurangan zat besi.Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel maupun tubuh dan sel otak. Kadar hb yang tidak normal dapat mengakibatkan kematian janin dalan kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, kadar hb tidak normal pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang kadar hemoglobinya tidak normal dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi kemungkinan melahirkan bayi dengan BBLR dan premature juga lebih besar (Kristyanasari, 2010).
1
 
Upaya pemerintah dan dunia dalam mencegah BBLR yang tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada Tujuannya yaitu “Pada 2030, mengakhiri kematian BBLR yang dapat dicegah.Targetnya adalah seluruh negara berusaha menurunkan BBLR setidaknya hingga 12 per 1.000 KH”. Salah satu tujuan dari Millennium Development Goals (MDGs) adalah perbaikan kesehatan bayi, namun sampai saat ini Angka bayi baru lahir rendah (BBLR) di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia masih tinggi. Fokus pada pemecahan masalah tersebut, bangsa-bangsa di dunia akan tetap menerapkan Post Millennium Development Goals (MDGs) 2025 dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Bayi lahir dengan berat badan  lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. (Prawirohardjo, 2012).
World Health Organization (WHO), mencatat hampir 98% dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang terutama di Indonesia. dibandingkan   dengan  Negara Asia dan Negara maju lainnya. Kejadian berat badan lahir rendah berbeda pada setiap  negara, di negara maju, misalnya  di Eropa, angkanya berkisar antara 5-11%. Di USA, pada tahun 2014 sekitar satu dari sembilan bayi dilahirkan prematur (11,9%), dan di Australia kejadiannya   sekitar 7%.  Afrika Selatan 15%, sedangkan di Indonesia angka kejadian persalinan prematur 27,9% (Sofie R.K, Dkk. 2015).
Sementara di tingkat Association of South East Asia Nations (ASEAN) dari  hasil  survey   angka  kematian bayi di Indonesia tahun 2013 terdapat 35/1000 kelahiran hidup yaitu hampir 5 kali  lipat  dengan kematian bayi di Malaysia, hampir dua kali lipat dengan Thailand dan 1,3 kali dibanding dengan Philipina (Wiyatma, 2013).
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah Multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1%-17,2%, Berdasarkan analisa nasional, Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Berdasarkan estimasi dari Survei Demografi dan kesehatan Indonesia. Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir, Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal saat bayi (Evariny, 2014)
Angka Kematian  Bayi di Provinsi Sulawesi Selatan  pada tahun 2014 adalah sebesar 27/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Sulawesi Selatan tahun 2014 berdasarkan profil Dinas Kesehatan  memperlihatkan sebesar 437/100.000 kelahiran hidup dengan penyebab Asfiksia Neonatorum 148 (33,87%), BBLR 181(41,42%), prematur 10 (2,28%) dan lain-lain 98 (22,43%). (Profil Dinas Kesehatan Sulawesi selatan, 2014).
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2014).
Salah satu faktor langsung yang mempengaruhi berat bayi lahir adalah kadar hemoglobin ibu saat hamil. Berat bayi lahir dapat dipengaruhi oleh kadar hemoglobin saat hamil. Penelitian Setianingrum (2015) menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir, sebab penyebab terjadinya BBLR bisa karena ibu hamil anemia, kurang suplai gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. Persentase bayi dengan BBLR sebesar 3,74% dan tingkat keeratan atau kekuatan hubungan lemah, yang dibuktikan nilai dan p value =0,019 ( p< 0,05) dan nilai r = 0,36.
Berdasarkan data di Medical record di Puskesmas Minasa Upa Makassar didapatkan pada tahun 2014 terdapat 153 ibu anemia dan 87 bayi BBLR dari 867 bayi lahir. Sedangkan pada tahun 2015 terdapat 179 ibu dengan anemia dan 94 bayi BBLR  dari 962 bayi lahir, pada tahun 2016 terdapat 175 ibu dengan anemia dan 104 bayi BBLR dari 1037 bayi lahir. Sedangkan pada tahun 2017 selama bulan Januari – Februari  Data BBLR sebesar 28 kelahiran dengan penyebab anemia sebesar 19 (73,07%) dan terdapat berat bayi lebih sebesar 2 (2,08%) dengan kadar hemoglobin >11.
Berdasarkan masalah yang dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017” Dengan harapan dapat memberikan  gambaran dan masukan khususnya penulis dan umumnya tenaga bidan dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien .
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada Latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan di teliti yaitu: Apakah ada Hubungan Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017?



C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk Mengetahui apa ada hubungan antara Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin ibu hamil di puskesmas Minasa Upa Makassar
b.      Untuk mengetahui gambaran berat badan bayi baru lahir di Puskesmas Minasa Upa Makassar
c.       Untuk mengetahui gambaran hubungan antara Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017.
D.    Manfaat Penelitian
1.    Praktis
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma IV Kebidanan STIKES Mega Rezki Makassar
2.    Manfaat Teoritis
Memberikan arah dan tujuan yang akan dicapai dalam praktek kebidanan, serta menjadi tolok ukur sejauh mana keberhasilan melaksanakan tugas dalam pendidikan kebidanan.


3.    Manfaat Ilmiah
Sebagai Sebagai masukan pengetahuan tentang pentingnya meneliti Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum tentang Kehamilan
1.      Definisi Kehamilan
                   Berikut adalah beberapa definisi tentang kehamilan:
a.       Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir .
b.      Menurut Federasi Obsestri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Saifuddin 2013).
2.      Fisiologi Terjadinya Kehamilan
Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi (implantasi hasil konsepsi).
a. Spermatozoa
Setiap spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu caput atau kepala yang berbentuk lonjong, agak gepeng dan mengandung bahan nukleus, ekor dan bagian yang silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan ekor. Dengan getaran ekornya, spermatozoa dapat bergerak cepat.


8
 
 



Gambar 2.1: Spermatozoa
(Sumber: http://www.google.co.id 2017 )
  



Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari sel-sel primitif tubulus-tubulus testis. Setelah janin dilahirkan, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa pubertas tiba. Pada masa pubertas, sel-sel spermatogonium tersebut dalam pengaruh sel-sel interstisial Leydig mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah proses spermatogenesis yang sangat kompleks (Saifuddin  2013)
b.    Ovum
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital ridge janin dan didalam janin jumlah oogonium bertambah terus sampai pada usia kehamilan enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi follikel-follikel. Pada anak berumur 6-15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur 16-25 tahun hanya 34.000 oogonium. Pada masa menopause semua oogonium menghilang (Saifuddin 2013).


c.         Pembuahan Ovum (Konsepsi)
Gambar 2.2: Proses Fertilisasi
( Sumber: http://www.google.co.id  2017)
Pembuahan (fertilisasi) adalah proses penyatuan antara sperma dan ovum di tuba fallopi, umumnya terjadi di ampulla tuba, pada hari kesebelas sampai keempat belas dalam siklus menstruasi. (Prawirohardjo 2010, 140)
Pembuahan (fertilisasi) meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum.  Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot.
Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula.
Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba (prawirohardjo 2013 ).
d.   Nidasi
Nidasi adalah masuknya dan tertanamnya hasil konsepsi kedalam endometrium. Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista (blastocyst), suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta.
Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormon Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio. Proses penempelan blastokista ke dinding rahim inilah yang disebut nidasi atau implantasi ( prawirohardjo 2013).
3.      Diagnosis Kehamilan
Untuk dapat menegakkan diagnosis kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil. Perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita hamil menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan yang menjadi tanda-tanda kehamilan. Tanda-tanda kehamilan tersebut antara lain;


a.    Tanda tidak pasti
Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil. (Hani dkk 2010, 73)
1)        Amenorea ( tidak dapat haid)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenore dapat dikomfirmasi dengan memastikan Hari Pertama Haid Terakhir(HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan taksiran persalinan. Akan tetapi amenore juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor pituitary, perubahan dan factor lingkungan, malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan. (Hani dkk 2014)
2)        Nausea (Enek) Dan Emesis (Muntah)
Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness (Hani dkk 2016, 72).
Mual biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan disertai kadang-kadang emesis, namun dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologis. Bila terlalu sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang disebut hiperemesis grafidarum (Purwaningsih 2010, 26).
3)        Mengidam (mengingini makanan atau minuman tertentu)
Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada triwulan pertama kehamilan, atau biasanya ibu hamil tidak tahan akan suatu bau-bauan tetapi akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan (Sunarsih dkk 2011).
4)        Payudara menjadi tegang dan membesar
Estrogen meningkatkan perkembangan system duktus pada payudara, sedangkan progesterone menstimulasi perkembangan system alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran putting susu, serta pengeluaran kolostrum (Hani dkk 2010).
5)        Sering kencing
Terjadi karena kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada trimester kedua keluhan ini akan berkurang karena pembesaran uterus sudah keluar  rongga panggul. Pada trimester ketiga akan muncul kembali karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan kandung kemih kembali tertekan (Purwaningsih 2012, 27).
6)        Obstipasi atau konstipasi
Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB (Hani dkk 2013).

7)        Pigmentasi kulit
    Pigmentasi pada kulit terjadi pada usia kehamilan 12 minggu yang disebabkan oleh pegaruh hormone kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini:
a)        Sekitar pipi: cloasma garvidarum (penghitaman pada daerah dahi, hidung, pipi, dan leher).
b)        Dinding perut: striae lividae gravidarum (terjadi pada seorang primigravida, warnanya membiru),striae nigra, linea alba menjadi lebih hitam (linea grisea/nigra).
c)        Sekitar payudara: hiperpigmentasi areola mammae sehingga terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berada pada tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada wanita kulit hitam (Hani dkk 2013, 73-74).
8)        Epulis
Merupakan suatu hipertrofi papilla ginggivae/gusi. Sering terjadi pada triwulan pertama (Hani dkk 2013, 74).
9)        Varises
Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan (Hani dkk 2010, 74).
b.    Tanda kemungkinan hamil
Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil (Hani dkk 2010, 74).
1)        Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan (Hani dkk 2012, 74).
2)        Tanda Hegar
Ditemukan pada kehamilan 6-12 minggu, yaitu adanya uterus segmen bawah rahim yang lebih lunak dari bagian yang lain (Sunarsih 2011, 113).
3)        Tanda Goodell
Adalah perubahan konsinstensi (yang dianalogikan dengan konsinstensi bibir) serviks dibandingkan dengan konsinstensi kenyal (yang dianalogikan dengan ujung hidung) pada saat tidak hamil.( Prawirohardjo 2013, 217 ).
4)        Tanda Chadwick
Adanya perubahan warna pada vulva, vagina dan serviks menjadi kebiru-biruan atau keunguan (Prawirohardjo 2012, 217).


5)        Tanda Piskacek
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu (Hani dkk 2012, 74).
6)        Kontraksi Braxton Hicks
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya actomysin didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadic, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada treimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya, dan kekuatannya sampai mendekati persalinan (Hani dkk 2012, 74-75).
7)        Pemeriksaan tes biologi kehamilan (platest) positif
Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormone ini disekresi di peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan diekskresi pada urine ibu. Hormone ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130 (Hani dkk 2012, 75).
c.    Tanda Pasti Kehamilan
Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa.
Tanda pasti  ini terdiri atas hal-hal berikut:
1)Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin pada primigarvida dapat dirasakan oleh ibu pada kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigaravida pada 16 minggu, oleh karena sudah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Gerakan janin kadang-kadang pada kehamilan 20 dapat diraba secara objektif oleh pemeriksa, ballotemen dalam uterus dapat diraba pada kehamilan terdahulu.
2)      Denyut jantung janin
Denyut jantung janin dapat didengar dengan memakai alat dengan sistem Doppler. Selain itu, dapat pula didengar dengan stetoskop Laennec pada kehamilan 18-20 minggu. Dapat pula didengar bising dari uterus yang sinkron dengan nadi ibu karena pembuluh-pembuluh darah uterus membesar. Dalam triwulan terakhir bunyi jantung janin dapat didengar lebih jelas (Hani dkk 2012, 75).
3)      Bagian- bagian janin
Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester akhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi dengan menggunakan USG (Hani dkk 2012, 75).

4)      Kerangka janin
Dengan rontgen rangka janin dapat terlihat pada umur kehamilan 20 minggu (Purwaningsih 2014, 28).
5)      Ultrasonografi tampak gambaran janin
Dengan USG gambaran janin dapat dilihat pada umur kehamilan 16 minggu (Purwaningsih 2010, 28).
Dari keseluruhan yang diuraikan di atas, maka diagnosis pasti kehamilan dapat dibuat bila:
1)      Dapat dirasakan gerakan janin dan ballottement.
2)      Dapat didengar bunyi jantung janin
3)      Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin.
4)      Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin.
5)      Dengan ultrasonografi (scanning) dapat diketahui ukuran kantong janin, panjangnya janin (crown-rump), dan diameter biparietais hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan, dan selanjutnya dapat dipakai untuk menilai pertumbuhan janin.
4.      Perubahan Anatomik dan Fisiologik pada Kehamilan
a.       Adaptasi pada alat reproduksi interna / eksterna
1)      Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu, serabut-serabut kolagen yang ada pun menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin.
Berat uterus normal kurang lebih 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus ini menjadi 1000 gram, dengan panjang kurang lebih 20 cm dan dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng.pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat. Selanjutnya, pada akhir kehamilan kembali pada bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui, antara lain untuk membuat diagnosis apakah wanita tersebut hamil fisiologik, hamil ganda, atau menderita penyakit seperti molahidatidosa dan sebagainya.
2)      Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormone estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot.
Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi, begitu juga dengan adanya hiperplasia dan hipertropi kelenjar serviks menyebabkan serviks menjadi lunak (tanda Goodell) dan munculnya tanda kebiruan (tanda Chadwick) pada satu bulan setelah konsepsi.
3)      Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut tanda Chadwick. Warna porsio pun tampak livide. (Winkjosastro 2013, 95).
4)      Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Seperti telah dikemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta.
5)      Mamma (payudara)
Mamma akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammatropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada mamma. Somatomammatropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumin dan laktoglobulin. (Pantikawati 2013, 55).
6)      Kulit
         Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormone yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung sebagai cloasma gravidarum.
Di daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama, juga di areola mamma. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai linea grisea. Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan, disebut stria livide. Setelah partus, stria livide ini berubah warnanya menjadi putih dan disebut stria albikantes. Pada multigravida sering tampak striae livide bersama dengan striae albikantes.
7)      Sistem kardiovaskular
         Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya atau curah jantung (cariac output) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 16-28 minggu. Oleh karena curah jantung yang meningkat, maka denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit menjadi 80-90 kali/menit).
         Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung agak menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke jantung. Selama persalinan curah jantung meningkat sebesar 30%, setelah persalinan curah jantung menurun sampai 15-25% di atas batas kehamilan, lalu secara perlahan kembali ke batas semula.
         Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran darah ke rahim. Janin yang terus tumbuh, menyebabkan darah lebih babyak dikirim ke rahim ibu.
8)      Sistem urinaria
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalin (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membasar).
Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar terjadi saat wanita hamil yang tidur miring. Tidur miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang selanjutnya akan meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung. 
9)      Sistem gastrointestinal
Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesterone.
Wanita hamil sering mengalami rasa panas di dada (heartburn) dan sendawa, yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam lambung dan karena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan.
10)  Sistem metabolisme
Pada wanita hamil Basal Metabolic Rate (BMR) meninggi, system endokrin juga meninggi, dan tampak lebih jelas kelenjar gondoknya (glandula tireodea). BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada triwulan terakhir. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran hidrat arang, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas. Akan tetapi bila dibutuhkan dipakailah lemak ibu untuk mendapatkan kalori dalam pekerjaan sehari-hari.
Estrogen dan progesterone memberi efek maksimal pada relaksasi otot dan ligament pelvis pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk meningkatkan kemampuannya menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat kelahiran. Ligament pada simfisis pubis dan sakroiliaka akan menghilang karena berelaksasi sebagai efek dari estrogen. Simfisis pubis melebar sampai 4 mm pada usia kehamilan 32 minggu dan sakrokoksigeus tidak teraba, diikuti terabanya koksigis sebagai pengganti bagian belakang.
5.      Macam-Macam Perdarahan Hamil Muda
Perdarahan pervaginam pada hamil muda dapat disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa.
a.       Pengertian Abortus
1)      Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin hidup diluar kandungan.
2)      Abartus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis, atau terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dengan kekuatan sendiri.
3)      Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan.
b.      Kehamilan ektopik merupakan suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada disaluran telur (Tuba Fallopi).
c.       Mola hidatidosa merupakan suatu kehamilan dimana hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio, tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik (Fadlun dkk. Asuhan Kebidanan Patologis, 2011).
6.      Tanda Bahaya Kehamilan
a.  Sakit kepala menetap.
b. Pengelihatan kabur
c. Mual muntah berlebihan
d. Nyeri perut hebat.
e. Berkurangnya pergerakan janin.
f.  Oedema pada wajah dan tungkai.
g. Pengeluaran cairan sebelum waktunya.
h. Perdarahan pervaginam
B.     Tinjauan Umum Tentang Kadar Hemoglobin
1.      Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Garby et al menyatakan bahwa penentuan status anemia yang hanya menggunakan kadar Hb ternyata kurang lengkap, sehingga perlu ditambah dengan pemeriksaan yang lain. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/ 100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.
2.      Kadar Hb
Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia. Bergantung pada metode yang digunakan, nilai hemoglobin menjadi akurat sampai 2-3%. Gejala awal anemia berupa badan lemah, kurang nafsu makan, kurang energi, konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, mata berkunang-kunang, selain itu kelopak mata, bibir, dan kuku tampak pucat. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil biasanya tidak hanya mendapatkan preparat besi tetapi juga asam folat (Sulistyoningsih, 2010).
3.      Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Di antara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode sianmethemoglobin. Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme.
Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion CI membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Disamping faktor mata, faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan (Supariasa, 2012).
Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode Sahli ini masih memadai dan bila pemeriksanya telah terlatih hasilnya dapat diandalkan. Metode yang lebih canggih adalah metode sianmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida (CN2-) membentuk sianmethemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga masih belum semua laboratorium memilikinya (Supariasa et al., 2012).
4.      Anemia
a.       Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, seperti kekurangan zat besi, asam folat ataupun vitamin B12. Anemia yang paling sering terjadi terutama pada ibu hamil adalah anemia karena kekurangan zat besi (Fe), sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi (AGB). Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan (Sulistyoningsih, 2011).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai dengan 89% dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Hb 9-10 gr % disebut anemia ringan. Hb 7-8 gr % disebut anemia sedang. Hb < 7 gr % disebut anemia berat (Manuaba, 2010, p.239). Menurut Depkes RI (2000, dalam buku Waryana, 2010, p.48) anemia adalah suatu keadaan dimana hemoglobin dalam darah kurang dari 11 gr %. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, apa yang dimaksud anemia dalam kehamilan adalah suatu keadaan kekurangan zat besi dengan kadar Hb kurang dari 11 gr %.
b.      Klasifikasi Anemia
Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi.
1)
Klasifikasi menurut Depkes RI (2000)

a)
Tidak anemia
: ≥11 gr%

b)
Anemia
: < 11 gr%
2)
Klasifikasi menurut WHO

a)
Normal
: ≤11 gr %

b)
Anemia ringan
: 9-10 gr %

c)
Anemia sedang
: 7-8 gr%

d)
Anemia berat
: < 7 gr%
3)
Klasifikasi menurut Manuaba (2010, p.239)

a)
Tidak anemia
: Hb 11 gr %

b)
Anemia ringan
: Hb 9-10 gr %

c)  Anemia sedang             : Hb 7-8 gr %

d)  Anemia berat                : Hb < 7 gr %

c.       Efek Anemia pada Ibu Hamil
Ibu hamil yang mengalami anemia dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar. Hasil penelitian Jumirah, dkk. (1999) menunjukkan bahwa ada hubungan antara kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir, di mana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan. Sedangkan penelitian Edwi Saraswati, dkk. (1998) menemukan bahwa anemia pada batas 11 gr/dl bukan merupakan risiko untuk melahirkan BBLR. Hal ini mungkin karena belum berpengaruh terhadap fungsi hormon maupun fisiologis ibu.
C.    Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir
1.      Pengertian Bayi Baru Lahir
a.       Bayi baru lahir normal adalah bayi cukup bulan (aterm) dengan umur antara 37 – 42 minggu, berat badan antara 2500 – 4000 gram (Sastrawinata, 2012:112).
b.      Bayi baru lahir normal adalah bayi cukup bulan (aterm) dengan umur antara 37 – 42 minggu, berat badan antara 2500 – 4000 gram  (Prawirohardjo, 2012:134)
c.       Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yangaterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram.
d.      Bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (Saifuddin, 2013:215).
2.      Perubahan – perubahan yang terjadi segera setelah bayi  lahir
a.       Sebagai akibat perubahan lingkungan dari kehidupan intrauterine ke lingkungan ekstrauterine, bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan teknik. Hasil perangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan metabolik, pernafasan, sirkulasi dan lain-lain.
b.      Pernafasan normal pada neonatus pertama kali bernafas 30 detik sesudah kelahiran. Pernafasan ini terjadi sebagai adanya aktivitas normal dari susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Misalnya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir. Penurunan tekanan O2 dan kenaikan CO2 pada paru-paru merangsang kemoreseptor yang terletak pada sinus karotis sehingga bayi bernafas, rangsangan dingin pada daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan.
c.       Dengan berkembangnya paru-paru tekanan O2 di dalam alveoli meningkat dan tekanan karbondioksida menurun, hal ini mengakibatkan aliran darah ke paru-paru mneingkat, akhirnya darah dari arteria pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup.
d.      Perubahan–perubahan lain yang terjadi pada neonatus selain perubahan–perubahan diatas yaitu mulai berfungsinya alat-alat pencernaan, hepar,  ginjal dan alat-alat lainnya. (Prawirohardjo, 2012: 45).
3.      Ciri-Ciri Bayi Normal
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Berat badan : 2500 – 4000 gram
b.      Panjang badan : 48 – 52 cm
c.       Lingkar Kepala : 33-35 cm
d.      Lingkar dada:30–38cm
e.       Denyut jantung pertama 180x/menit turun 120x/mnt
f.       Bernafas 80x/menit turun 40xmenit
g.      Kulit kemerahan dan licin
h.      Rambut lanugo tidak terlihat
i.        Kuku agak panjang dan lembek
j.        Genitalia Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
k.      Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
l.        Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
m.    Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
n.      Reflek graps atau menggenggan sudah baik
o.      Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam
4.      Masa Bayi Baru Lahir (Andalas, 2014:84)
a.       Periode Partunate, dimana masa ini dimulai dari saat kelahiran sampai 15 dan 30 menit setelah kelahiran.
b.      Periode Neonate, dimana masa ini dari pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidupan pasca matur.
5.      Berat Badan Bayi Baru Lahir (Andalas, 2014:87)
a.       Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500 g.
b.      Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant : bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1500 – 2500 g.
c.       Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) / Very low birthweight infant : bayi dengan berat badan lahir 1000 – 1500 g.
d.      Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) / Extremely very low birthweight infant : bayi lahir hidup dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram. (Bobak, 2015:65)


D.    Kerangka Konseptual
1.      Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya.
2.      Bagan Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut :
Kadar Hb Ibu Hamil
 
Oval: Berat Bayi Lahir                                                                           
               

       Keterangan :                                                            
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Diteliti
3.      Defenisi Orperasional dan Kriteria Objektif
a.       Kadar Hb Ibu Hamil
Kadar hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen. Jumlah kadar hemoglobin rendah adalah rata-rata di bawah protein hemoglobin yang pembawa oksigen dalam darah ibu hamil.
Kriteria Objektif:
Resiko Tinggi      :  Bila responden dengan nilai Hb < 11 gr/dL
Resiko Rendah    :  Bila responden dengan nilai Hb ≥ 11 gr/dL
b.      Berat Bayi Lahir
Berat bayi lahir adalah bayi yang mengalami proses kelahiran dan menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke ekstra uterin. Bayi baru lahir normal Adalah bayi yang baru menglami proses kelahiran dengan umur kehamilan 37-42 minggu.
Kriteria Objektif:
BBLR     :  Bila berat lahir bayi < 2500 g
Normal   :  Bila berat lahir bayi  2500 - 4000 g
E.  Hipotesa
1.    Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan Antara Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017
2.    Hipotesis Nol (H0)
Tidak ada hubungan Antara Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017




BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Desain Penelitian
         Jenis penelitian yang digunakan adalah “deskriptif korelasional”. Dengan pendekatan Cross-sectional yaitu menekankan waktu pengukuran data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Dengan tujuan untuk mengetahui hubungan Antara Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017.
B.     Lokasi dan Waktu Penelitian
1.    Lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang dimaksud adalah tempat dimana peneliti akan melakukan penelitian yaitu di Puskesma Minasa Upa Makassar
2.    Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret - Mei tahun 2017
C.    Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi adalah kumpulan elemen atau individu yang diambil untuk membuat suatu generalisasi (Sumarni, 2015). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh bayi yang lahir di Puskesmas minasa Upa Makassar pada bulan Januari -Februari tahun 2017 yaitu berjumlah 44 bayi.


2.    Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan metode tertentu (Sumarni, 2015). Sampel dalam penelitian ini adalah semua bayi yang  lahir di Puskesmas minasa Upa Makassar pada bulan Januari -Februari tahun 2017 yaitu berjumlah 44 bayi.
3.    Sampling
Teknik   sampling   merupakan   suatu  proses  seleksi  sampel  yang digunakan  dalam  penelitian  dari  populasi  yang  ada,  sehingga  jumlah sampel   akan   mewakili   keseluruhan   populasi   yang   ada. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik total sampling  yaitu mengambil sampel dari keseluruhan populasi.
a.       Kriteria Inklusi
Merupakan kriteria dimana subyek penelitian mewakili sampel yang memenuhi syarat sebagai sampel dan adapun Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah  :
1)      Bayi yang lahir hidup
2)      Ibu yang tidak mengalami komplikasi selama kehamilan
b.      Kriteria Eksklusi
Merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel dan adapun Kriteria ekslusi  sampel pada penelitian ini adalah :
1)      Ibu yang tidak bersedia jadi responden
2)      Bayi yang lahir mati
D.    Teknik Pengumpulan Data
1.      Data primer
Data di peroleh dengan wawancara langsung pada responden.
2.      Data sekunder
Data diperoleh di Puskesmas Minasa Upa Makassar.
E.     Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Alat yang digunakan oleh peneliti sebagai alat pengumpulan data adalah tes Hb dan lembar observasi.
F.     Teknik Pengolahan Data
Produk pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Editing
          Editing dilakukan untuk memeriksa ulang jumlah dan meneliti kelengkapan pengisian kuensioner, apakah setiap pertanyaan sudah dijawab dengan tepat.

2.      Koding
          Untuk memudahkan pengolahan data dan semua jawaban perlu disederhanakan dengan cara memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban .
3.      Scoring
         Setelah dilakukan pengkodean kemudian pemberian nilai sesuai skor yang telah ditentukan.
4.      Tabulasi
          Setelah data terkumpul dan tersusun, selanjutnya data dikelompokkan dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel yang digunakan dapat berupa tabel sederhana maupun tabel silang.
G.    Teknik Analisa dan Penyajian Data
1.      Analisis univariat
P = f/n X 100%
 
Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif mengenai disrtibusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.


Keterangan :
P = Besar persentase jawaban
f = Frekuensi
n = Jumlah 
2.      Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau korelasi. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan variabel bebas dan terikat melalui Uji Statistik Chi-Square dengan tingkat bermakna = 0,05. Dengan menggunakan computer program Software product and Sevice Solution ( SPSS versi 22,0).
Data di analisa dengan menggunakan uji statistic Chi-Square dengan menggunakan tabel kontingensi 2 x 2 di bawah ini :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Jumlah
Ya
Tidak
Ya
a
b
a + b
Tidak
c
d
c + d
Jumlah
a + c
b + d
a + b + c + d
Tabel 2 x 2 menunjukkan hasil pengamatan  pada studi cross secsional
Interpretasi:
1.      Ho di terima dan Ha di tolak apabila χ2 hitung < χ2 tabel dan p < α (0,05) berarti ada  hubungan
2.      Dinyatakan tidak ada hubungan bila χ2 hitun > χ2 tabel (maka Ho ditolak dan Ha diterima), atau
3.      Jika p < α maka Ha diterima, berarti ada Hubungan Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar
4.      Jika p > α maka Ha ditolah, berarti tidak ada Hubungan Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar.
H.    Teknik Etika Penelitian
Untuk dapat melakukan penelitian, faktor yang cukup penting dan tidak boleh ditinggalkan adalah ijin penelitian dari pimpinan lembaga atau institut yang dipilih menjadi tempat penelitian. Setelah semua surat ijin selesai, barulah peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.      Informed consent ( lembaran persetujuan)
         Merupakan bentuk persetujuan anatara peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memebrikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.jika responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar pesetujuan. Jika responden tidak besedia, maka peneliti harus menghormatihak pasien.
2.      Anonimity (tampa nama)
           Masalah etika keperawatan merupakan maslah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencatunkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3.      Confidentiality (kerahasiaan)
          Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahsiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. (Hidayat, 2012).















DAFTAR PUSTAKA
Andalas. 2012. Bayi Baru Lahir (file:///E:/andalas/index.php.htm), diakses tanggal 09 Agustus 2016. Makassar.

Bobak, 2015. Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC.

Cunningham, 2012, Obstetri Williams Ringkasan, Jakarta. EGC.

Depkes. 2014. Asuhan Antenatal Program Kerjasama Mahiswa dan WHO. Jakarta. Depkes RI.

Diana. 2010. Bayi Baru Lahir (http//www.bidanku.com.php.htm), diakses tanggal 09 Februari 2017. Makassar.

Hidayat. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta. Medika.

Kristyanasari, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta. Alfabeta.

Maryani. 2014. Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan Tahun 2014.

Maryanti. 2012. Perawatan Anak Sakit. Jakarta. EGC.

Maryuanita. 2011. Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta.TIM.

Mufdlilah. 2010. Konsep Kebidanan. Jakarta. Penerbit Buku Kesehatan.

Nugroho. 2011. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Jakarta. TIM.

Prawirohardjo, 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.

Saifuddin, 2013. Acuan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.

Sastrawinata, 2014. Obstetri Patologi. Jakarta. EGC.

Sastrawinata 2012, Ilmu Kesehatan BBLR, Jakarta. Numed.

Sofie. 2012. Hubungan Asfiksia Dengan Prematur, Jurnal      Kedokteran 
     
Sutjipto, 2012. Buku Ajar Neonatus Bayi dan Balita, Jakarta. TIM.

Sudarti, 2010, Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak, Yogyakarta. Medical Book.
42
 
 


Varney’s H, 2007, Varneys Midwefery. Third edition. London. Jones and barnet publisheres.

WHO. 2014. Department Of Reproductive Health and Research. Managing Newbown Problems : a guide For Doctors, nurses, and midwifes. WHO Library Catalouging-in-publication data. Geneva.

WHO. 2014. Department Of Reproductive Health And Research. Kangaroo Mother Care. A practical guide. WHO Library Catalouging-in-publication data. Geneva.

Wiknjosastro. 2012. Ilmu Kandungan, Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.





Iwansyah
Iwansyah Seorang Penulis Pemula Yang Mengasah Diri Untuk Menjadi Lebih Baik

Post a Comment for "Hubungan Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017"